malam itu saya duduk di atas portal jalan samping bukit marwah masjidil haram, sambil makan ayam broast porsi kecil dan satu gelas ashir (jus) jeruk saya asyik ngobrol dengan bapak. kita belajar tafakkur, melihat keagungan Allah yang tampak di sekitar masjid.
satu porsi ayam sudah saya habiskan, saya lihat dibelakang ada satu orang indonesia sedang asyik dengan satu cangkir kecil syai halib (milk tea).
“njajal takoni, cah ngendi kae” (coba tanya, orang mana dia) kata bapak.
saya geser sedikit posisi duduk menghadap orang itu, saya lihat dia memakai seragam hijau yang tersambung baju dan celananya, dibagian belakang tertulis rangkaian huruf arab, kurang lebih artinya ‘bagian kebersihan masjid haram’.
“dari mana mas?” sapaan saya sepertinya agak mengejutkannya.
obrolan demi obrolan pun terus bersambung, sampai saya tahu bahwa dia adalah pekerja kebersihan yang tergabung di bin laden corp. dia laki-laki asal malang, jawa timur. bekerja musim haji di masjidil haram dengan modal 16 juta rupiah, sebut saja namanya agus. dari gaya bicara dan latar belakangnya, bisa saya simpulkan kalau dia adalah satu diantara sekian juta manusia yang kurang mampu di indonesia.
“kalau diitung sih, gak cocok pak. tapi kalo diniatkan ibadah, alhamdulillah. kita bisa sholat di sini, trus thowaf juga bisa berkali-kali” itu petikan obrolan kami yang masih saya ingat.
haji, thowaf, sholat di masjidil haram itulah tujuannya, walaupun dia harus terlebih dahulu bersusah payah. bekerja full time dengan gaji hanya 500 real, dan terlebih dahulu harus mengeluarkan 16 juta rupiah untuk biaya pengurusan di indonesia.
kejadian ini membuat saya berfikir, apa yang membuat dia berani mengorbankan itu semua, dia miskin, namun dia mampu bekerja yang lebih layak di indonesia, dia masih muda, dan keluarganya di indonesia masih membutuhkan dia. setiap saya berfikir, ujungnya pasti pada sebuah kata ‘iman’.
pikirkan
begitu banyak manusia di dunia tidak hanya di indonesia) yang begitu congkak, sombong, dan kurang beriman kepada Allah. bagaimana bisa mereka hidup tenang padahal ada perintah Allah yang mereka sepelekan, na’udzubillah min dzalik.
dimana iman para pejabat, para bisnisman, bahkan para pelajar ??. tidakkah mereka malu dengan satu orang pekerja itu. dia sanggup mengorbankan perhiasan dunia yang ia punya untuk mencari ridlo Allah.
para pebisnis lebih bangga bisa menghabiskan liburan akhir tahunnya di singarope, atau hawaii atau daerah lainnya.. mengapa mereka tidak berkeinginan untuk sekedar umroh ke makkah? apa yang mereka cari? ketenangan? padahal Allah menjamin, barang siapa memasuki rumah Allah, pasti ia akan merasa tenang…
tolong berikan saya jawaban, siapa yang lebih unggul. pemuda miskin yang rela mengorbankan yang ia punya untuk sekedar sholat di masjidil haram,, atau seorang kaya raya yang banyak menumpuk hartanya… tolong, berikan saya alasan…
ceritanya sangat menarik….jazakallah. ijin kutip ya pak?
makasih,, silakan diperbanyak…
Menarik….
Sanggupkah saya meneladani…
Harus… ya tad…
do’akan saya bisa menyusul….
segera…..
Assalamu’alaikum
Bagus sekali certanya …..
aku gak nyangka kalau manusia di zaman seperti ini ada dan dia masih bisa merelakan nasibnya.
Kalau aku pikir lebih baik pemuda miskin tapi berhati mulia selalu mengutamakn rasa cintanya kepada ALLAH SWT.
Dari pada menumpuk harta belum tentu ia cinta kepada Allah.
patut di teladani ……….
bagus ye ceritanya.
Sama2 kita berdoa untuk selalu diberi rahmat dari Allah, karena hanya Allah lah yg rahim (maha penyayang)
Tadinya saja juga tidak habis pikir, antara gaji yang didapat dengan pengeluaran waktu berangkat menurut saya tidak berimbang. Tetapi dengan begitu banyak niat suci yang ada di dalam hati mereka, apapun berani mereka tempuh. Padahal kontrak mereka ada yang hanya berkisar 3 bulan saja. Bahkan ada seorang yang pernah bercerita bahwa sesungguhnya dia mampu membayar ONH, namun karena daftar tunggunya sangat lama, maka dia menyegerakannya meski harus menjadi petugas pembersih toilet. Subhanalloh..
itulah yang namanya hidayah taufiq,, ketika Allah menggerakkan seseorang, sesuatu akan dimudahkanNya…
tapi berbeda lagi dengan seorang yg kaya raya, dia sudah mampu untuk melaksanakan haji,, alih2 krn dia tidak mau, maka dia beralasan “biar orang tua saya dulu yg haji dengan uang saya”…
padahal, sebenarnya dia yang mampu,, bukan ortu dia yg mampu,, krn tidak ada itsar dalam masalah ibadah…
semoga Allah selalu membimbing kita mas…
Subhanallah… pengorbanan yang tidak ramai mampu lakukan saya kira. Kalau kita berada pada tempat pemuda tersebut. Salam ukhuwwah dari Malaysia. Eid Mubarak ya akhi.
eid mubarak ya akhi, 🙂