hari ini badan terasa kurang fit, pilek ditambah lagi batuk. teman-teman sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri, ada yang membimbing city tour ke jeddah, ada yang ke misfalah, ada yang ke utaibiyah. namun aku lebih memilih untuk menyendiri dalam kamar, ditemani laptop lengkap dengan jaringan internet.
bingung, beberapa artikel sudah habis terbaca. aku kira, sekarang saatnya mengimbangi dengan menulis. aku ingat, sebuah surat panjang yang ditulis kawanku beberapa saat sebelum aku berangkat meninggalkan indonesia. yang menarik, ada sebuah ungkapan berbahasa arab “wama al-ladzdzatu illa ba’da at-ta’b” (dan sesungguhnya tidak ada rasa nikmat, kecuali setelah rasa capai yang memuncak)
sungguh kata yang amat dalam maknanya, mampu menjadi motivasi disaat semangat melemah. untuk kawanku, aku panjatkan kepada Allah doa kebaikan untukmu.
mencoba flash back 1 tahun yang lalu, saat cercaan bertubi-tubi terdengar, dan saat rasa iba terus ditujukan kepadaku. jika aku adalah tunggak, bulan hanyalah impian bagiku. sepertinya, kata-itu yang pantas diucapkan untukku. aku yang tidak diterima beasiswa ke mesir, aku mau melepas kuliah di MEDIU hanya untuk mengejar impian belajar di makkah yang fatamorgana, juga aku yang tak mau mendaftar ke universitas lain di indonesia.. ahh, mereka kira aku benar-benar tak berguna dan tak mempunyai masa depan.
namun, taqdir ada dalam genggaman Allah. dengan susah payah aku pertahankan niatku untuk mencapai bulan, aku bukanlah tunggak. walaupun aku tak tahu kapan aku bisa menginjakkan kaki di masjidil haram, aku kuatkan tekadku. biarlah, waktu yang tersisa aku gunakan untuk aktifitas seadanya. dengan ijin Allah, aku dipercaya mengisi khutbah iedul adha, kemudian khutbah rutin hari jumat, sebuah prestasi yang belum pernah aku impikan sebelumnya di usia yang masih 18 tahun. satu lagi, event besar di gelar. aku dipercaya menjadi ketua panitia dauroh ilmiah yang mendatangkan beberapa ulama kaliber nasional dan berlanjut dibaiat menjadi sekretaris dewan dakwah islamiyah indonesia magelang. satu persatu ujian terus aku tempuh, dan alhamdulillah, tiada halangan yang begitu berarti.
capai benar badan dan pikiranku. dalam beberapa job, aku menjadi orang termuda. tanpa disadari, motto hidupku menjadi kenyataan “walaupun aku hidup di akhir zaman, kan ku persembahkan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh pendahuluku”. yang selama ini saya lakukan, belum pernah dilakukan oleh para pendahulu. nikmat sekali hidup terasa dengan lantunan hamdalah. ternyata doaku untuk bisa menimba ilmu di makkah, dikabulkan dengan terlebih dahulu diberi kenikmatan yang lain.
namun, rasa cemas masih menghatuiku. satu tahun sudah aku menunggu keberangkatan ke bumi Allah yang suci, makkah mukaromah. ya Allah, hatiku menangis. aku tak tahu, apa lagi yang harus aku perbuat. bagai pohon simalakama, beberapa bulan yang lalu aku menulis sebuah artikel “jangan seperti lalat” apakah sekarang justru aku yang menjadi lalat? tak terasa, aku menjadi bimbang. apalagi ketika beberapa kali mengurus berkas paspor dan visa ke jakarta yang terus mengalami kendala. sempat terpikir dalam benak untuk mundur, namun aku tidak bisa melukai perasaan orang tuaku yang telah banyak berkorban. uang puluhan juta pun telah digelontorkan.
benar-benar dalam kegelisahan. beberapa nasehat terus menerus datang, baik dari kerabat, sampai para ustadz. namun, entah mengapa. nasehat mereka seolah terasa bahwa itulah rambu-rambu bahwa aku benar-benar tidak diijinkan untuk menimba ilmu di bumi para nabi. aku menjadi iri, benar-benar iri.
aku iri dengan mereka yang dimudahkan segala urusan sampai di tanah suci. aku mencoba mencari alasan, kurangkah usahaku? atau kotorkah niatku? tapi, tak aku dapati jawaban. ya Allah, aku merenung berhari-hari, tidur pun tidak nyenyak. mengapa Allah mentaqdirkan seperti ini untukku, dan seperti itu untuk mereka. padahal para pelajar di makkah tidak sedikit yang banyak menghabiskan waktu untuk main game, rokok, atau bahkan yang lebih dari itu.
tawakkal..
itulah finish, ujung dari segala sesuatu yang aku bisa.
capai ini benar-benar telah memuncak.
Allah benar-benar maha mengetahui, Allah tahu suatu kenikmatan akan terasa berlipat ganda ketika ujian terlebih dahulu ditimpakan. dan manusia akan terlihat sifat aslinya ketika ia ditimpa suatu ujian. akankah ia tetap teguh, atau hancur dalam kebinasaan.
puji syukur terus aku panjatkan kepada rabb seluruh alam,, kini giliran kenikmatan yang dijanjikan kepadaku terus-menerus aku dapat. “wama al-ladzdzatu illa ba’da at-ta’b” (dan tidak ada kenikmatan kecuali setelah rasa capai yang memuncak) aku tak mau, nikmat ini justru menjadi beban di hari akhir nanti.
kawan, ingatkan aku jika aku berbuat kesalahan..
kawan, doakan aku agar terus dan selalu memegang islam dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun..
kawan, aku sayang kamu lillah
coba pak postingan nya dibidik keywordnya… biar visitornya banyak misal kumpulan kata kihmah, kumpulan cerita hikmah dsb…. itu traffic abadi dalam 2 thn ini trend searchnya ga pernah turun malah cenderung naik… kan sayang blog bagus tapi ga ada yang baca…
Wah, terima kasih..
Idea bagus, insya Allah segera dilaksanakan
subhanallah walhamdulillah wa laailaaha illallaah wa allaahu akbar..
bnar2 swt perjuangan,ikhtiar, pngorbanan, dan pngharapan yg luar biasa..
aku rindu saat2 skenario indah itu datang menyapaku..tp apa yg ku rasakan saat ni,sperti yg pnulis utarakan flash back 1 thn yg lalu..
akankah ku teguk kenikmatan itu sgera?!
jazzakumullah atas tulisanya yg mampu mbwt sendu d mataku brlinang..ya mmg ku rasa cape..mgkn aku msh brtanya cape itu mgkn blm memuncak sperti dirimu yg telah lbh dulu meneguk manisnya kenikmatan itu..n_n..hebat bgt!!
Husnudzon kepada taqdir Allah.. Itu yg perlu diingat, krn Allah skali2 tdk akan brbuat dzolim kpd hambaNya..
Sering kali kebaikan yg Allah berikan kita anggap tak ada artinya, namun yg kita anggap baik sbnernya kburukan dhadapan Allah..
“jika kamu bersyukur, pasti akan aku tambah..”
jazzakumullah yaa akh.
tulisan ni sungguh sgt mbwa pencerahan bg ana..
Waiyakum