
Kisah yang saya tempatkan dalam peringkat pertama dalam kisah-kisah yang pernah saya ketahui. Saya bacakan ini kepada teman-teman dekat, dan pernah saya uraikan dalam khutbah jumat, juga murid kelas akhir Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihaad di Magelang pada acara Pesantren Kilat telah menjadi saksi aksi saya dalam berorasi untuk memberikan semangat dengan modal kisah ini.
Saya mengenal namanya dari sebuah buku kecil karangan Dr Raghib As-Sirjani yang berjudul RISALATUN ILA SYABABIL UMMAH, telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Samudera dengan judul “ANAK MUDA, NYALAKAN SEMANGATMU !”; dan kemudian kembali saya baca dalam buku sejarah pilihan pertama dalam ajang liga muslim dunia “ROKHIQUL MAKHTUM” karangan Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Namanya ditempatkan diantara nama-nama pemuda yang super hebat. juga ceritanya diabadikan dalam banyak buku sejarah. Dan tak kalah heboh karena hadits Nabi tak luput mengabadikan namanya.
Umurnya pendek, namun jasanya luar biasa. Inilah yang membuat saya terpacu untuk memperbaiki diri. saya malu dengan umur panjang yang diberikan oleh Allah, namun belum ada sesuatu yang membanggakan terukir dari tangan saya.
Namanya MU’ADZ BIN AMAR dan MU’ADZ BIN AFRA. dua orang yang masing-masing berumur 13 dan 14 tahun. Dua orang ini yang menggetarkan saya, dan getaran itu masih menggebu sampai saat ini. Semoga Allah memberikan rahmat kepada keduanya.
Mereka bukan layaknya anak kecil di kalangan kita yang menghabiskan hari di depan play station. Namun diumurnya yang masih hijau, pedangnya telah membabat seorang yang menyakiti Rasulullah. Keduanya adalah “ahlul badar” prajurit perang badar (perang pertama yang dilakukan ummat islam); mereka adalah calon penghuni surga seperti yang telah dijanjikan.
Pasti anda kenal dengan Abu Jahal. panglima perang kaum kafir quraisy di perang badar. hembusan nafasnya berhenti dibawah kilatan pedang anak 13 tahun ini.
Ya, betul sekali. Prestasi mereka yang hebat inilah yang menyebabkan saya iri. Saya menjadi kerdil dihadapan mereka. Kisahnya dapat anda simak lebih jelas dalam rangkaian kisah perang badar.
***
Bukan suatu hal yang mudah bagi seorang prajurit untuk dapat menjangkau seorang panglima musuh. Dapat anda bayangkan ketika Presiden datang dalam suatu lawatan di daerah yang disambut dengan demo. Hampir dibilang mustahil seorang pendemo dapat melewati barisan para ajudan Presiden. begitupun dengan dua Mu’adz ini.
Mereka bersusah payah melewati rimbunnya akar untuk menggapai batang beringin besar itu. Jika anda membaca sejarah, anda akan takjub dengan uraian penulis dengan hebatnya kekuatan Islam mereka. Dengan sekali ayunan lengan kecilnya, betis Abu Jahal terpotong. Mu’adz kembali mengatur barisan untuk mundur beberapa langkah. Melihat ayahnya terluka, ditengah sengitnya peperangan anak Abu Jahal membalas luka parah bapaknya dengen sabetan pedangnya di lengan Mu’adz.
Mu’adz menuturkan. Beliau tidak merasakan perih itu kecuali setelah melihat darahnya bercucuran. Bukan Mu’adz namanya jika harus berhenti berperang hanya dengan alasan putusnya tangan dengan badan. pedang kembali beliau mainkan dengan tangan kirinya, anak kecil berumur 13 tahun ini selain berjiwa pemberani juga lihai memainkan pedang. Perlawanan terus beliau lanjutkan.
Tidak berhenti sampai disitu kawan, tangan kanannya yang telah terpisah itu masih menyisakan selembar kulit yang menghubungkan tangan dan badannya. Menjadikan setiap gerakannya adalah rasa perih akibat tangannya yang masih tergantung oleh kulit tipisnya. Mu’adz menuturkan. Karena perih, ditaruhlah tangannya itu ke punggungnya dan kembali maju bertempur. Sekali lagi perih masih terasa, bahkan semakin menjadi-jadi. Beliau mengambil inisiatif, diinjaknya tangan kanannya. Dengan menahan rasa sakit, ditariknya tangan yang tak lagi bernyawa itu. terlepaslah.
Belum berhenti sampai disitu. Masih ada satu Mu’adz lagi. lantas apa yang dia perbuat? dia berlomba dengan dengan teman karibnya ini, setelah Abu Jahal tersungkur. Disempurnakannya nafas-nafas terakhir Abu Jahal dengan sabetan pedangnya.
Mereka berdua menghadap Rasulullah. Setelah Rasul melihat darah di pedang keduanya, Rasul membenarkan mereka. Mereka benar-benar telah menjatuhkan Abu Jahal.
Mu’adz satu telah mengorbankan tangannya untuk islam. Sementara bagaimana dengan Mu’adz satu lagi? setelah melapor ke Rasulullah beliau kembali maju mengayunkan pedang sampai beliau gugur sebagai syahid (insya Allah) dalam perang badar.
Mari kita mencontoh para pahlawan tersebut untuk membabat habis para thaghut sekarang yang sedang menguasai negeri-negeri kaum muslimin
siip, lets go..