nasehat dari sang guru


malam indah
malam indah

malam yang indah…

terasa lebih indah dari sekedar pandangan mata atau sebuah sentuhan belaka. karena yang telah saya dapatkan adalah sesuatu yang membuat saya berdiri lebih tegap, berjalan lebih tenang, dan berfikir lebih tajam.

beruntun nasehat saya dapatkan, seakan tetesan hujan yang membanjir.

malam itu, pelajaran yang saya dapat dari kuliah di darul hadits al-ghomidy diakhiri lebih cepat. dari ba’da maghrib, sampai jam 22.00 seperti yang tertera dalam jadwal; kali ini diakhiri ketika jarum pendek jam menunjukan angka 9.

syaikh ahmad menutup pelajaran dengan sebuah kabar “usbu’ aati ijazah, ana fi syughl..” (pekan depan pelajaran diliburkan, karena saya sedang ada aktifitas lain)

kami para santri masih duduk dalam posisi masing-masing, kaki dilipat dan tangan yang masih memegang pensil yang biasa digunakan untuk memberikan ta’liq (foot note) pada kitab. halaqoh ditutup ketika syaikh memberikan shalawat dan salam kepada nabi; namun kali ini belum, karena syaikh masih terdiam, semua masih tenang dalam duduknya.

sedikit menarik nafas, kemudian perlahan dikeluarkan. sang guru memberikan nasehat kepada kami para tholibul ‘ilm satu persatu. semuanya sesuai dengan kadar kemampuan.

dari panjangnya nasehat, ada sebuah potongan nasehat yang patut kita renungkan. “al-quran dan al-hadits tidaklah cukup kalian hafal. walaupun kalian menghafal shohih bukhori, shohih muslim, hafal quran, itu semua tidak akan banyak memberikan manfaat kepada kalian” setidaknya seperti itu maknanya.

berangkat dari sepenggal nasehat diatas, cobalah kita tengok diri kita dan teman-teman kita yang dahulu pernah duduk bersama dalam kelas atau dalam sebuah pengajian umum. sama-sama belajar, sama-sama menghafal quran dan hadits, namun hasilnya berbeda.

tidak akan saya katakan bahwa teman yang bergelut di bidang otomotif pasti lebih rendah dibandingkan seorang ustadz, juga bukan pula sebaliknya. karena manfaat tidak semata-mata tergantung pada luasnya ilmu.

semakin banyak ilmu, tentu saja menuntut pada banyaknya pengamalan dan pengajarannya. ketika unsur itu terpenuhi, pintu surga tentulah terbuka lebar untuknya.

semakin tinggi diri kita berdiam, semakin rawan pula untuk terjatuh. begitu juga, semakin banyak seseorang mendapatkan ilmu, semakin membuka peluang baginya untuk berbuat angkuh. na’udzubillah.

namun, alangkah beruntungnya seseorang yang dengan keterbatasannya mengetahui ilmu, namun dari sedikitnya ilmu dia terus mengamalkan. sesungguhnya pengamalan ilmu yang dia punya sangat menolongnya untuk mendapatkan peringkat tinggi disisi Allah ta’ala.

alangkah bahagianya kita, walaupun dengan ilmu yang sangat minim, namun dengan pengamalannya kita akan lebih dicintai oleh Allah.

begitu banyak dari teman-teman kita yang menghafal sekian ayat dan hadits, namun dengan ilmu yang tertanam dihatinya menjadikannya jauh dari islam. begitu banyak teman kita yang bertahun-tahun menghabiskan masa mudanya di pesantren untuk mendalami islam, namun ketika ummat menunggu keluarnya mutiara dari kerang yang menggenggamnya, ternyata yang ummat dapatkan hanyalah sampah yang kotor.

berbuatlah, sesungguhnya perbuatanmu akan menentukan derajatmu di alam kekal nanti. wallahu a’lam bish showab.

2 Replies to “nasehat dari sang guru”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: