وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. karena pendengaran penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (QS al-isra: 36)
ada sedikit kejadian pendek yang melatar belakangi pelampiran ayat ini dalam tulisan saya. sebuah status facebook yang dituliskan oleh seorang yang menurut saya tidak pantas untuk membahas sebuah permasalahan ini.
sebut saja dia si ZA. dia seorang buruh migran indonesia yang kini bekerja di hongkong. dia tertarik dengan pengetahuan agama, saya tahu itu dari beberapa notes dan juga status yang kerap ia tulis. dalam profilnya, tersebutlah bahwa religious views-nya adalah “believe in GOD”. nampaknya dia malu dengan agamanya. atau mungkin dia percaya dengan tuhan, namun dia tak tahu siapa tuhannya sehingga kebingungan menuliskan agama menurut tuhannya. wallahu a’lam.
“Kadang naik haji hanya digunakan untuk nggaya saja. Bukti bahwa ia mampu menunaikan rukun islam yang kelima. Dalam masyarakat dianggap sebagai orang yang mempunyai strata lebih tinggi, dianggap priayi. Kadang miris, sementara di sekitar kita masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Bukankah itu juga ibadah kepada Tuhan, bukti kasih kepada sesama?(uaduh, penyakit ngocehku kambuh lagi nech hikz..)” ini kalimat dia dalam sebuah status.
ya, inilah yang melatar belakangi tulisan ini. sebuah perkataan yang sama sekali tidak didasari ilmu. sepintas seakan kita bisa membenarkan kalimat ini, tapi itu tidak akan terjadi jika ada pada kita sebuah ilmu.
mungkin gurunya belum pernah mengajarinya akan arti sebuah “rukun” dengan sebuah “kewajiban”.
dalam status ini belasan komentar muncul, dukungan dari teman-temannya membanjir. berbagai macam hasil otaknya (yang tak berilmu) tertuang dalam sebuah status singkat ini.
beberapa komentar panjang sengaja saya tulis. mengingatkan mereka agar berhenti untuk berkomentar dalam masalah ini. hasilnya, seperti anda perkirakan. nihil.
ibadah haji adalah rukun islam
ibadah haji adalah rukun islam yang “wajib” dilaksanakan setiap muslim ketika dia mampu. penjelasan ini masih sangat global dan rawan akan pembelokan makna. karena “mampu” dapat diartikan bermacam-macam.
seperti halnya dalam kasus diatas, si penulis status dan juga beberapa orang yang berkomentar berpendapat bahwa mampu menurut mereka adalah ketika disekitarnya tidak lagi didapati seorang yang kekurangan.
yup, pasti penjelasan mereka jika ditelisik tidak akan berhenti sampai disini saja. “kekurangan” pun masih global. karena manusia selalu merasa kurang dan membutuhkan.
okkey, coba kita tinggalkan otak kita bekerja demikian. karena itu sangat menyakitkan bagi si otak ketika dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak “mengapa otak bekerja pada sesuatu yang bukan tempatnya”.
sikap seorang yang taat kepada Allah dan RasulNya ketika dihadapkan sebuah permasalahan adalah kembali kepada al-quran dan as-sunnah dan meletakkan kerja otak dibawahnya.
tidak akan saya bahas panjang lebar dalam artikel saya ini. hanya ingin mengingatkan saja, bahwa dalam menghukumi atau hanya mengomentari sebuah hukum syar’i ada tata caranya. inilah disiplin ilmu dalam islam.
sebuah pembahasan akan menjadi bermakna ketika membahasnya dengan disiplin ilmu. begitupun dalam sebuah mesin, sebuah mesin akan berjalan baik ketika memakai bahan bakar yang sesuai. mesin diesel akan bekerja baik ketika bahan bakar solar dimasukkan, namun ketika minyak tanah yang dipakai pasti akan merusak kerja mesin. begitupun dengan islam.
gunakan ayat dan hadits dalam membahas islam. sepandai-pandai otak manusia jika dimasukkan dalam cara kerja hukum islam tak ada artinya, dan justru akan merusak. wallahu ta’ala a’lam.
Haji memang penting 😀
Oh ya katanya klo sudah menjadi haji, kalau ada tetangga yang kelaparan tapi g dikasih makan hajinya bisa dikatakan batal di hadapan Allah swt. Benar g mas?
belom pernah dengar ada penjelasan tentang itu… tapi yang saya tahu, seperti itu g membatalkan haji. jangan pandang haji tuh ibadah yang istimewa sekali, haji adalah ibadah wajib layaknya sholat, zakat, puasa… g usah terlalu di kramatkan, sehingga banyak orang yang ketakuta pergi haji,, katanya takut kualat,, atau macam2 yang lain…
thanks untuk penjelasanya 😀
tapi menggunakan ayat dan hadist kan juga tidak lepas dari peran otak untuk menafsirkannya to?
tapi tidak liar, karena semua tertata dalam kaedah ushul fiqh…
kebanyakan orang sering kali menilai tanpa data yang jelas..
dan sayang nya, banyak juga orang yg terbawa2..
semoga Allah Ta’ala memberikan cahaya Nya untuk kita semua
Amien..
Jazzakallah khair akhi, menambah cakrawala pengetahuan kita…
Allah yujziik… sama2 mas, saling berbagi pengetahuan aja
wahh ternyata begitu yah…
malah baru tahu.. dulu juga mikirnya kayak bapak-bapak itu, tapi mau tanya ustadz-ustadz lupa mulu,,,
eh sekarang malah baca tulisane syeikh rafiq jadi ngerti…
hehehe… tengkyu ya bro..
yg penting rukun itu kita tunaikan dulu.. karena itu adalah syarat sahnya islam… jika meninggalkannya tanpa sebab, hilanglah islamnya… masalah dia meniatkannya untuk sombong atau status sosial, itu urusannya dia dengan Allah,, nggak ada masalahnya dengan kita… (gitu aja kok repot…)
“seorang yg telah bersyahadat dikatakan ‘muslim hukman’ (dihukumi sebagai seorang muslim),, tapi seorang yang telah melaksanakan 5 rukun islam barulah bisa dikatakan ‘muslim haqqon’ (sebener-benar muslim)” tapi bukan berarti telah lengkap islamnya, karena masih ada amalan2 lain, nah disitulah letak shodaqoh dll…