sepatah kata terakhir


perbedaan cara pandang masalah fiqih lah yang membuat hatiku berontak. tidak memakai qiyas, ijma’, syadz dziro’ah dan lain sebagainya membuat pembahasan berkutat seputar quran dan hadits saja. sebenarnya, pemikirannya dekat dengan dzohiri, namun beliau menampiknya.

الشيخ د/ احمد قاسم الغامدي
الشيخ د/ احمد قاسم الغامدي

namanya syaikh ahmad qosim al-ghomidy. seorang ulama besar di saudi arabia yang kini menjabat sebagai ketua departemen haiah amar makruf nahi munkar di manthiqoh syarqiyah (makkah, jeddah dan sekitarnya).

saya belajar darinya sekitar empat bulan ini. pelajaran hadits (shohih bukhori, fathul bari, shohih muslim, subulus salam), ulumul hadits (mushtholah, takhrij, ‘ilal, tahqiq), ushul fiqih, fiqih, aqidah, bahasa arab (nahwu, shorof, balaghoh), tafsir, wujuhul qiroah dan faroidh diampunya sendirian disetiap harinya.

muridnya setiap hari tidak lebih dari sepuluh orang. empat orang tinggal bersama beliau di rumahnya. dan sisanya tinggal di luar.

tanggung jawabnya tidak semata pada keilmuan, dan tempat tinggal untuk muridnya. kebutuhan makan pun beliau cukupi dari kantongnya sendiri. dua kamar tidur dan perpustakaan besar miliknya menjadi hak muridnya yang ingin belajar bersama beliau. sebuah jasa yang sungguh besar.

berat kaki ini melangkah meninggalkan gudang ilmu yang ada didepan mata, namun ini bukanlah pilihan. saya harus meninggalkannya.

malam ini saya beranikan untuk mengatakan “ana asta’dzinukum…” (saya mohon ijin) kemudian mengutarakan mengapa saya harus meninggalkannya.

dengan dingin beliau berkata ” ‘ala maa tuhib” (apa yang kamu suka). satu nasihat beliau yang ditinggalkan “intabih liwaqtik” (jagalah waktumu). sebuah nasehat yang tidak akan saya lupa.

untuk syaikhku, aku bertemu engkau karena Allah, dan berpisah pun aku berpisah karena Allah. banyak yang dapat aku petik darimu. semoga Allah menjagamu dari fitnah dunia. uhibbukum fillah.. 🙂

12 Replies to “sepatah kata terakhir”

  1. terharu….hiks…hiks…trust me….bukan dzohiri mungkin..tapi memang beliau mewarisi darah ahlul hijaz yang berbeda dengan ahlul ‘iraq zaman dulu…wallahu a’lam

    1. nggak tahu juga ya..
      padahal dulu guru2nya ulama besar semua..
      syaikh bin baz, syakh utsaimin, syaikh robi’.. tapi sekarang kok pemikirannya berbeda

      sebenernya pelajarannya bagus, padat dan dialogis.. g asal doktrin
      fasilitas pun terpenuhi,, syaikhnya telaten..

      tapi aku takut aja kalau jadi ikut2an dekat dg dzohiri…
      ‘ala kulli hal, beliau bukan orang kecil

  2. Sedih juga ya ternyata pisah ma orang yang lama telah berbagi hidup ma kita…
    Tapi tak apa lah, jika niatnya karena Allah pasti akan digantikan dgn tempat yang lebih baik.
    Lagi pula pisah bukan berarti hilang karena dalam diri kita terdapat “tali ukhuwah” yang tak pernah terpisahkan oleh apapun sekalipun jarak yang memisahkannya…^_^…

    1. iya adinda, bener sekali…
      hari-hari ini adalah hari berpisah dengan dua orang yang aku sayangi,, rasanya sedih, sekaligus bangga, karena aku merasa menang dengan pertanrungan melawan ego-ku dan juga godaan syaithan…

      kawanku pernah berpesan, dia menuliskan dalam selembar kain putih yang sampai sekarang masih aku simpan. “melupakan orang yang dulu pernah berbagi hari dengan kita memang tak mudah. akan tetapi paling tidak kita bisa belajar membuat hari-hari kita yang baru dengan orang yang baru pula”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: