agar bangunan kita tidak mudah roboh


Abraj_Al_Bait_Towers
Abraj_Al_Bait_Towers

siang kemaren rumah saya kedatangan tamu, seorang dosen ummul quro university beserta anak-anaknya. lama kami berbincang, dan dengan tulisan ini saya ingin sedikit berbagi ilmu dari obrolan kita bersama sang doktor mechanical engineering lulusan jepang tersebut.

beliau adalah seorang aktifis mahasiswa dikala mudanya, pengetahuannya terhadap agama cukup luas, dan semangat dakwahnya tinggi. namun yang menjadi istimewa adalah kemampuan beliau dalam mengkombinasi dua ujung ilmu (ilmu agama dan umum) sehingga bisa berkaitan. berkali-kali beliau berhenti dari memaparkan argumentasinya dan meminta kami mengoreksi pendapat beliau, karena beliau menganggap kami yang terjun dalam bidang keagamaan pantas untuk mengkoreksi beliau jika memang ada kesalahan. saya kira ini adalah buah dari kematangan berfikir.

beliau mengambil contoh dalam permasalahan shodaqoh. misalkan ada empat orang A, B, C, dan D; mereka berempat memiliki kemampuan sama dalam pendapatannya, misalkan 10 juta setiap kepala disetiap bulannya; tapi dalam masalah shodaqoh kemampuan mereka berbeda.

misalkan si A dari pendapatannya itu dia mampu mengeluarkan shodaqoh Rp. 500.000,-. kemudian si B mampu Rp. 1.000.000,-. si C mampu Rp. 3.000.000,-. dan si D bahkan bisa Rp. 5.000.000,-. dan seperti itulah yang terbaik bagi mereka.

tapi, bukan berarti si A yang hanya bisa mengeluarkan Rp. 500.000,- dari pendapatannya tersebut kemudian di pandang sebagai orang yang jelek, ketahuilah sebenarnya bisa saja dia mengeluarkan Rp.1.000.000,- dari pendapatannya, namun belum tentu itu menjadi baik untuk dia. fondasi yang dia miliki hanya mampu untuk membangun suatu bangunan kecil, jika bangunan tersebut dipaksakan berdiri, maka runtuhlah suatu bangunan itu beserta fondasinya. bayangkan, jika si A mengeluarkan Rp. 1.000.000,- apa yang akan terjadi? semalaman dia tidak akan nyenyak tidur, dia akan terus-terusan memegang keningnya sambil berkata “kenapa aku keluarin uang sgitu, padahal sebenernya setengahnya pun cukup…” dan ujung-ujungnya, niatnya ‘ikhlash’ yang semula ia bangun akan runtuh karena dia menyesal dengan perbuatannya.

begitupun dengan si B yang mampu mengeluarkan Rp. 1.000.000,- dan si C yang mampu Rp. 3.000.000,- juga si D Rp. 5.000.000,- amalan (shodaqoh) mereka akan runtuh jika dia memaksakan untuk membangun suatu amalan yang lebih besar sebelum dia memperhatikan fondasi yang mereka miliki. “laa yukallifullahu nafsan illa wush’ahaa”

dari situ, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa inilah letak “ikhlashun niyyah” (ikhlashnya niat) yang sebenarnya. sebuah syarat shohinya suatu ibadah tidak semudah yang kita bayangkan. kita yang mengharapkan suatu amalan yang besar, patutlah bagi kita untuk mempersiapkan fondasi yang kokoh. tanpa suatu fondasi yang kuat, amalan yang kita bangun tidak akan bertahan lama, dan sebuah ancaman keruntuhan akan terus membayangi.

acap kali kita beribadah runtuh di tengah jalan, itulah karena suatu keikhlasan belum terbangun dalam niatan kita. sebab disitulah celah setan membisiki dada kita, dan ketika keikhlasan sudah erat kita pegang, mustahil bangunan kita dapat goyah.

“illa ‘ibaadaka minhumul mukhlashiin” kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas dalam beribadah (QS shad: 83)

:: marilah bersama kita kokohkan fondasi amalan kita, dan jangan bermimpi mempunyai bangunan megah dan kokoh selagi fondasi kita abaikan. Allahu a’lam bish showab

4 Replies to “agar bangunan kita tidak mudah roboh”

    1. wa’alaikum salam.. maturnuwun…
      doanya aja bentar lagi mau serius nulis buku tentang haji dari mulai fiqih, panduan bahasa arab, cerita menarik seputar jamaah haji dan kehidupan dimakkah, juga ada tips and trick

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: