Tertarik Islam Dalam 3 Hari (bagian satu)


islam peace
islam peace

Setelah beberapa bulan kita tak bertegur sapa, rindu rasanya jari yang tak lagi lentik ini menyapa para pengunjung webblog saya. Sekalipun selama ini tidak ada artikel baru yang ditampilkan, bahkan ada beberapa comment yang belum sempat terbalas, trafik pengunjung webblog ini tidak mengalami penurunan yang berati. Malah, selalu saja ada pengunjung yang mampir disaat melakukan perjalanan di website tetangga (google).

Alhamdulillah, senang rasanya sedikit ilmu yang saya miliki ini dapat bermanfaat bagi rekan semua. Maka spesial ucapan terima kasih tak lupa saya berikan kepada rekan-rekan yang mempercayakan berlangganan artikel webblog ini melalui email. Dan teruntuk yang belum berlangganan, agar segera dapat menuliskan alamat emailnya pada widget di sudut halaman ini.

Rekan semua yang saya sayangi, tak lengkap rasanya jika salah satu hal berharga yang saya miliki tak dapat pula anda rasakan manfaatnya. Maka pada artikel ini insya Alloh akan saya perkenalkan anda semua dengan salah seorang raja yang terpandang di negerinya, keras hatinya, namun hanya dalam waktu 3 hari Alloh meluluhkannya dan menjadikannya salah satu ujung tombak dalam pergerakan Islam.

Sebut saja ia Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi, seorang raja di negeri Yamamah (kini dikenal sebagai Yaman). Sebagai negeri penghasil gandum, peran politik Tsumamah tak dapat diremehkan di Jazirah Arab. Sudah menjadi barang pasti, negeri manapun yang tak ingin rakyatnya mati kelaparan, mereka tak akan berani membuat masalah dengan Tsumamah. Dan nanti akan saya ceritakan saat dimana Rosul pun mendapat tantangan dari raja ini.

Saudaraku para pembaca yang dirohmati oleh Alloh; setelah kepulangan Rosululloh dari perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriyah dan membawa tangan hampa karena tidak dapat memasuki kota Makkah, maka Rosululloh mempersiapkan manuver baru untuk menjayakan Islam.

Pada saat gencatan senjata dengan Quraisy diumumkan, maka dakwah kepada dunia luas dapat intens dikumandangkan. Ditulislah surat berisi dakwah Islam kepada para penguasa di penjuru dunia. Diantaranya surat itu ditujukan kepada:

  • Najasyi, Raja Habasyah
  • Muqauqis, Raja Mesir
  • Kisra, Raja Persia
  • Qaishar, Raja Romawi
  • Al-Mundzir bin Sawa
  • Haudzah bin Ali Al-Hanafy, Raja Yamamah
  • Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassany, Raja Damaskus
  • Raja Oman

Ini menandakan bahwa Yamamah benar-benar menempati peta politik yang sejajar dengan Persia dan Romawi saat itu. Dapat anda bayangkan kekuatan dan perannya di dunia.

Baiklah, saat ini fokus kita hanya pada Raja Yamamah yang saat itu masih dipegang oleh Haudzah. Setelah dakwah Islam diterima oleh Haudzah, layaknya seorang raja besar ia tak begitu saja menerima.

Pada mulanya ia hanya menyampaikan rasa simpatinya pada Salith bin Al-Amiry yang dipercaya menjadi kurir. Namun di akhir sambutannya ia mengatakan “Sungguh bagus dan baik apa yang tuan serukan. Sementara itu orang-orang Arab banyak yang takut terhadap kekuasaanku. Jika tuan mau memberikan sebagian urusan kepadaku, tentu aku mau mengikuti tuan.”

Setibanya Salith di Madinah dan menyampaikan pesan raja Yamamah, Rosululloh tidak menyetujuinya dan menjawab “jika dia meminta sepetak tanah kepadaku, maka aku tidak akan memberinya.”

Sepeninggal Haudzah, muncullah Tsumamah bin Utsal sebagai Raja. Ia murka dengan apa yang didakwahkan Rosululloh, bahkan ia merasa direndahkan dengan dakwah Islam dan justru berbalik mempersiapkan makar untuk memerangi Islam bersamaan dengan rencana perjalanannya Umroh, mengunjungi Baitulloh di Makkah.

Mendengar itu, Rosul pun mengumumkan status siaga pada para sahabat dan memata-matai pergerakannya. Beberapa pasukan berhasil ditangkap, tinggallah Tsumamah semata yang tersisa.

Tak gentar dengan pasukan ummat Islam yang ketika itu mulai diperhitungkan di Jazirah Arab, dengan keberaniannya Tsumamah tetap melangsungkan tekad untuk memerangi Islam dan memerangi Rosululloh di Madinah seorang diri.

Perjalanan panjang itupun berhasil mengantarkannya hingga pintu masuk Madinah. Setiba ia di Kota Nabi tersebut dengan lantangnya ia meneriakkan kalimat Talbiah yang telah ia modifikasi “labbaik allohumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik innalhamda wanni’mata lakawalmulk, laa syarikan illa huwa laka” (aku penuhi panggilanmu ya Alloh, aku penuhi panggilanmu. Aku penuhi panggilanmu, tiada sekutu panggilanmu, aku penuhi panggilanmu. BagiMu segala puji-pujian, dariMu segala kenikmatan, dan pantas bagiMu segala kekuasaan, tiada sekutu kecuali ada padaMu).

Mendengar ucapan talbiyah seperti ini para sahabat pun berang dan serentak menangkapnya kemudian mengikatnya pada salah satu tiang di Masjid Nabawi. Tsumamah yang telah dengan lantang melecehkan Talbiyah ini kemudian diserahkan kepada Rosululloh.

Begitu melihatnya, Rosululloh pun berkata kepada para sahabat: “Tahukah kalian siapa orang ini?”, para sahabat pun terdiam, beliau kembali berkata: “ia adalah Tsumamah bin Utsal Al-Hanafy, Raja dari Yamamah. Maka hormatilah ia dan beri ia makanan.”

Semenjak itu Tsumamah tetap diikat di salah satu tiang di Masjid Nabawy, dan di setiap harinya Rosul selalu mambawakan makanan kepadanya dan menyapa:

مَاذَا عنْدك يَا ثُمَامَة ؟

apa kabarmu wahai Tsumamah?

عِنْدِي يَا مُحَمَّد خير ، إِن تقتل تقتل ذَا دم ، وَإِن تنعم تنعم عَلَى شَاكر ، وَإِن كنت تُرِيدُ المَال فسل تعط مِنْهُ مَا شِئْت

aku baik wahai Muhammad. Jika engkau ingin membunuhku maka bunuhlah, darahku ada padamu. Jika engaku ingin memberi pengampunan, maka ampuni aku dan aku berterima kasih. Dan jika engkau ingin harta maka mintalah, aku akan memberimu

Rosululloh pun membiarkannya dan pulang. Pertanyaan ini selalu beliau lontarkan selama ia diikat di tiang masjid. Dan disaat itu ia bebas melihat kegiatan ummat Islam di Madinah. Tsumamah pun mengamati kegiatan ummat Islam Madinah 24 jam setiap harinya.

Dan di saat itulah ia takjub, betapa indahnya Islam yang diajarkan oleh Muhammad Rosululloh. Santun Akhlaqnya, jujur ucapannya, dan tak pernah menyakiti tawanan sepertinya yang nyata-nyata hendak melukai Rosululloh. Inilah Madinah Nabawiyah, Kota Nabi. Sebuah kota idaman setiap insan.

Sambil mengamati kegiatan penduduk Madinah, Rosululloh tak henti-henditnya mengunjunginya memberi makan dan bertanya tentang kabarnya seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Namun sekali lagi, Tsumamah tak bergeming dan tetap pada pendiriannya untuk tidak menjadi mitra bagi Islam.

Tiga hari berlalu. Rosululloh pun mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan tindakan apa yang akan diberikan kepada Tsumamah, Raja Yamamah ini.

Setelah melalui diskusi panjang, Rosul pun memutuskan untuk melepaskannya. Dan sebuah keajaiban terjadi.

-under construction-

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: