juru dakwah yang dicintai


my little brother
my little brother

namanya adalah Daiyan Mahbub, dalam bahasa arab memiliki arti ‘juru dakwah yang dicintai’. dia adalah anak ke-empat dari lima bersaudara, dialah adik saya. sedangkan saya sendiri adalah anak ke-dua.

tidak seperti saudaranya yang terlahir sempurna, adik saya dilahirkan dengan kondisi yang ‘kurang’. ya. adik saya mengidap ‘down syndrome’. sebuah kelainan fisik yang terjadi pada kromosom 21 yang seharusnya berjumlah 2, namun justru didapati berjumlah 3. setidaknya seperti itu yang saya dapatkan keterangannya pada wikipedia.

namun dibalik kekurangannya itulah dia justru menjadi sempurna, selain di hadapan Alloh dia tergolong sebagai orang yang terbebas dari pencatatan amal oleh malaikat, rufi’al qolam, dimata bapak saya pun dia sering dikatakan sebagai ‘anak istimewa’.

dari pengamatan saya selama ini, bapak saya tergolong orang yang ‘pelit’ dalam memuji anaknya, namun tak pernah pelit dalam memuji adik saya yang satu ini. seperti ketika bapak saya kedatangan seorang tamu dan adik saya datang di ruang tamu ikut menemani bapak dalam menemui tamu, maka bapak akan langsung menganalkan adik saya ini kepada tamunya “naah, ini nih anak saya yang paling istimewa”.

kadang saya pun iri. bagaimana tidak? dalam keseharian saya selalu berusaha untuk mempersembahkan segala hal yang terbaik untuk kedua orang tua, lebih baik dari yang dipersembahkan kakak atau adik-adik saya lainnya. namun belum pernah saya disebut orang tua (apalagi) dikenalkan kepada temannya sebagai ‘anak istimewa’, seperti yang bapak sebutkan untuk adik saya ini.

lantas, apakah istimewanya? mari saya jelaskan.

adik saya terlahir ketika kondisi keluarga kami dalam keadaan baik. baik secara materi, baik dalam pandangan masyarakat, dan baik di hampir segala hal. itu yang selalu dikatakan bapak saya. dan justru dalam kondisi baik itulah Alloh memberikan ujian bagi keluarga kami dengan lahirnya seorang adik yang istimewa ini.

“ini cara Alloh menegur saya, andaikan tidak dengan ini mungkin ketika itu saya sudah menjadi orang yang kurang bersyukur sementara nikmat yang saya rasakan sangat banyak… materi yang cukup… anak-anak yang penurut… masyarakat yang menghormati… dan lainnya… dan anak istimewa ini terlahir memang menjadi ujian bagi keluarga…” lebih kurang seperti itu bapak saya mengatakan pada teman-teman dekatnya ketika ngobrol ringan tentang masalah keluarga. saya selalu mengingatnya.

tidak seperti bayi lainnya, ibu mengatakan bahwa adik saya terlahir dengan kondisi yang sangat lemah. ketika dibopong, tubuh adik saya seolah lemas tanpa tulang. otot dalam sendi-sendi tulang tidak menjalankan tugas menarik sehingga menjadikan tubuh adik saya lemah terbujur.

saya berusia 6 tahun saat adik saya ini terlahir (22 Agustus 1996). sesaat setelah lahir, saudara-saudara saya yang berprofesi sebagai dokter dan mengetahui kondisi adik saya ini hanya berusaha menenangkan hati kedua orangtua saya tanpa banyak mengabarkan seperti apa kondisi sebenanrnya. namun tak mau putus asa, bapak pun membawanya ke salah satu dokter super spesialis anak di yogyakarta.

yang mengejutkan, si dokter itu mengatakan “ini down syndrome… kondisinya memang seperti ini… pengidap down syndrome adalah orang yang kembar sedunia, bentuk fisiknya sama… jika melihat kondisi dia sekarang mungkin dia hingga besar tak akan bisa berbicara, tak dapat berjalan, juga tak dapat menyelesaikan hajat pribadinya (seperti makan, buang hajat dan lainnya)…” jika dahulu sudah jaman internet, pastilah bapak saya akan lebih kaget karena banyak artikel yang menjelaskan bahwa anak pengidap down syndrome rawan terkena penyakit jantung, memiliki usia yang tidak panjang dan masih banyak ancaman lainnya yang tidak enak di dengar.

anehnya, dengan kondisi adik saya seperti itu bapak saya justru memberinya nama Daiyan Mahbub (juru dakwah yang dicintai). tak pernah habis saya memikirkannya. bahkan hingga saya beranjak besar, saya pun masih terus memikirkan itu. mengapa bukan saya yang diberinya nama itu? mengapa tidak kakak atau adik saya yang lainnya? seharusnya bapak saya kan tahu jika kondisi adik saya ini sangat terbatas, bagaimana bisa menjadi juru dakwah? bapak saya memang aneh. itu yang kerap saya pikirkan ketika itu.

hari terus beganti, adik saya bertambah besar dan anda harus percaya bahwa prediksi dokter super spesialis itu meleset. adik saya dapat berbicara (sekalipun masih sangat terbatas) dan mulai dapat melangkahkan kakinya untuk berjalan. anda dapat menebak, bagaimana bahagianya orang tua saya ketika itu. si juru dakwah dapat berjalan.

tidak genap empat tahun setelah kelahiran adik saya ini, sebuah kabar gembira muncul. adik bungsu saya terlahir, dan dia perempuan. sementara semua kakak-kakaknya laki-laki. anda mungkin akan mengatakan (aah, biasa aaja). tapi pandangan anda itu akan hilang jika saya lanjutkan cerita lagi.

kedua adik saya ini tumbuh layaknya anak lainnya. si bungsu karena dia memang normal, dia pun tumbuh semakin cantik, sementara kakaknya dengan perbedaan usia 4 tahun tumbuh perlahan menyamai adiknya. mereka selalu pergi bersama, fisiknya tak jauh berbeda, begitupun dengan mentalnya. adik bungsu ini seolah memang ditakdirkan untuk menemani kakaknya.

kejadian di bandara

suatu hari pakde saya akan menjemput cucunya di bandara yogyakarta (rumah saya di ujung utara kabupaten magelang. kecamatan grabag), cucunya berusia sama dengan adik bungsu saya. ketika itu usianya masih sekitar 3 atau 4 tahun. karena ingin agar cucunya senang, maka pakde saya pun mengajak kedua adik saya ini untuk ikut menjemput.

orang tua saya awalnya agak keberatan. bapak dan ibu saya sedang sibuk tak bisa menemani ke bandara, beliau berdua keberatan jika kedua anaknya bepergian jauh tanpa didampingi orang tua, padahal pakde saya juga berangkat sendirian tanpa istri dan keluarga lainnya. ibu saya juga mengkhawatirkan karena dik mahbub sering muntah jika bepergian jauh. tapi tetap saja, karena adik saya ngeyel ingin ikut maka keduanya tetap berangkat bersama pakde.

begitu tiba di bandara adik saya muntah di mobil, sedangkan pakde saya masih konsentrasi dengan setir di tangannya. pakde saya pun mulai panik, antara ingin mengurusi adik saya yang muntah dan melanjutkan mengemudi mobil, sementara dari belakang mobil lainnya sudah mulai membunyikan klakson karena ketika itu posisinya sedang antri masuk ke tempat parkir.

sebuah keajaiban terjadi, si bungsu yang berusia 3 tahun tanpe diperintah langsung mengambil tisu dan dengan sabar membersihkan bekas muntahan kakaknya yang mengotori mulut dan sebagian baju kakaknya.

usia saya ketika itu 13 tahun. mendengar penuturan pakde saya tentang kejadian ini saya mulai mengatakan dalam hati, bahwa inilah kebesaran Alloh. dibalik datangnya adik saya yang istimewa ini, Alloh tak lupa mengirimkan seorang adik yang penyayang. bahkan di usianya yang masih sangat belia..

saat di sekolah

ketika orang-orang merasa malu memiliki saudara yang punya kelainan mental, adik saya sejak kecil justru telah terbiasa melayani kakaknya dengan baik. ini yang saya katakan sebuah keajaiban dibalik lahirnya seorang adik perempuan.

ya. dik mahbub tidak disekolahkan di SLB, melainkan di sekolah umum lainnya. namun dia sekolah 4 tahun lebih lambat, sekalipun jarak usia antara dirinya dengan adiknya 4 tahun, namun ketika sekolah dia berada dalam satu kelas dengan adiknya. seorang yang mengidap syndrome down memang memiliki keterlambatan perkembangan fisik dan mental.

dia tidak disekolahkan di SLB memang dengan maksud agar perkembangannya dia bisa baik karena terbiasa berkumpul dengan orang-orang normal lainnya, bermain bersama, belajar bersama. lantas siapa yang banyak menolongnya ketika belajar? adiknya.

sejak pagi si adik sudah siap berangkat ke sekolah dengan uang jajan dua ribu rupiah. ibu berpesan, seribu rupiah untuknya dan seribu lagi untuk kakaknya. malah seringnya si kakak jajan melebihi jatah seribu rupiah, dan adiknya harus rela jatahnya terpakai untuk jajan sang kakak. usianya masih sangat muda, tapi kelakuannya melebihi mental seorang dewasa. tak hanya masalah jajan, masalah lainnya seperti keamanan kakaknya dari gangguan teman lainnya pun mampu dicover penuh oleh sang adik. pelajaran yang disampaikan guru dalam kelas pun diserap baik oleh sang adik, kemudian diajarkannya pada sang kakak yang duduknya berdampingan dalam satu bangku.

kini ia telah siap menjadi juru dakwah

itu tadi hanyalah kisah singkat tentang asa kecilnya. namun kini usia adik saya yang istimewa ini telah beranjak 17 tahun, sekalipun perkembangan fisik dan mentalnya seperti seorang berusia 10 tahun.

dengan pendidikan orang tua saya, kini ia mulai dapat mengeja huruf. (oiya, sekolahnya sempat berhenti disaat dia naik kelas 2 SD), tak hanya huruf abjad indonesia, tapi juga huruf hijaiyah. beberapa surat pendek yang ada di juz 30 juga banyak dia hafal. tak hanya itu, dia pun hafal kalimat adzan dan iqomah. bahkan takbir idul fitri dan bacaan talbiyah dalam haji pun mampu dihafalnya dengan baik. malah dia seringdiminta mengajari bacaan talbiyah untuk saudara saya lain yang ingin pergi haji.

dia telah menjadi juru dakwah yang disenangi.

setiap adzan maghrib berkumandang, dia selalu menjadi orang pertama yang bangkit dari rumah menuju masjid. bagaimana dengan saya? hehehe, saya selalu kalah dengan adik saya ini. dialah yang pertama.

ketika bangkit menuju masjid dia selalu sambil berkata “ayo mesjiiid.. ayo mesjiiid” ahahaha, seruannya menuju masjid sealu membuat saya tersenyum. dia punya gaya sendiri sebagai juru dakwah, dan gayanya tak pernah membuat orang marah.

tak hanya itu, dia pun selalu mengingatkan orang yang ketika bersin tidak membaca “alhamdulillah” dan doa jawaban selanjutnya.

dia pun kerap mengingatkan orang lain yang marah dengan mengatakan “sabar tho.. sabaar…”

 

aaah, ini baru sebagian… masih banyak cerita lainnya yang sulit saya tuliskan secara singkat di blog ini…

namun, saya sekilas pernah bermimpi ingin menuliskan sebuah buku tetang adik saya ini.. saya ingin katakan pada semua orang bahwa saya memiliki seorang adik yang istimewa..

 

5 Replies to “juru dakwah yang dicintai”

  1. maa syaa allah… luar biasa mas… sebuah contoh nyata bahwa ketika seseorang mau bersabar dan bersyukur, maka kekurangan justru akan menjadi sebuah kelebihan… Baarokallahu lakum… 🙂 semoga kita semua juga bisa menjadi daiyan mahbuuban…

  2. keren, subhanallah,,, 🙂 itu dokter super spesialis djogja dcerita itu dokter manae? enak bgd asal ngomong, menjustice klo si bayi gabisa bicara, gbisa berkembang, gbisa maandiri?? (aku baca yg bagian itu sempet emosi T-T gabolehh tau ngomongnya gtu, , 😦 klo ada dokter yg blg anak downsyndrom gbisa bicara, gbisa ngapa2in= dokternya blm pny ilmu ttg down syndrome -_-). #Esmosi nihh :/ ak aj yg baru Semester 5 belajar ttg ke PLB an tau kok klo anak downsyndrome itu msh bs berbicara, msh bs berkembang, msh bs di didik hidup mandiri, bahkan dari lapangan yg ak liat, mrk bisa dipekerjakan kek: di salon, jd pegrajin kayu, ngecat tembok, dll pekerjaan yg cukup simpel, sederhana, gaperlu ketrampilan kerumitan akademis mrk msh bsa mencari uang dg ketrampilan sederhana tsb kok 🙂 (#berdasarkan pengamatan di SLB Pembina 1 Yogyakarta. SLB tsb malah pnya usaha2 yg pekerjanya anak2 tunagrahita dan terbukti usahanya ampe skrg msh bisa berkembang n ga bangkrut 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: