hanya sebuah catatan ahad pagi


versus

 

* hanya karena anda tidak memakai kopiah ketika menghadiri suatu acara atau juga dalam sholat jamaah, maka bersiaplah anda akan dicap sebagai muhammadiyah
* hanya karena anda tidak memakai sarung dalam sebuah pengajian, anda juga akan dicap sebagai muhammadiyah
* hanya karena khutbah / ceramah anda tidak mengatakan “amma ba’du”, anda juga akan dikatakan sebagai muhammadiyah
* hanya karena anda tidak mengakhiri khutbah / ceramah dengan kalimat “wallohul muwaffiq ila aqwamit thoriq”, atau lebih lagi jika anda mengakhirinya dengan kalimat penutup “billahit taufiq wal hidayah”, pasti anda akan dikatakan sebagai muhammadiyah

—–

begitupun sebaliknya jika anda selalu memakai sarung, memakai kopiah, khutbah dengan mengatakan “amma ba’du”, mengakhiri khutbah dengan kalimat “wallohul muwaffiq ila aqwamit thoriq”, atau memancing reaksi jamaah dengan mengatakan “allohumaa..” dengan harapan pendengar menjawab “amiin”.. anda juga akan dicap sebagai NU

—–

masyarakat kita memang sering disibukkan dengan pengotakan macam diatas dan semisalnya, memberikat sebuah istilah-istilah yang seolah-olah istilah itu hanya layak dipakai oleh golongan tersebut…

jika anda berdakwah untuk mengajak pada islam, bukan pada fanatisme golongan, maka lebih baik bagi anda untuk menanggalkan pemakaian istilah-istilah diatas,, karena menyengaja memakai istilah diatas justru akan membuat masyarakat tersibukkan dengan menilai ini dan itu dari anda,, bukan tersibukkan dengan dakwah anda..

lebih lagi jika anda sedang berdakwah di kalangan muhammadiyah dan justru memakai istilah NU, sehebat apapun dakwah yang anda sampaikan maka kemungkinan dakwah anda tersampaikan sangatlah kecil..

begitupun jika anda sedang berdakwah di kalangan NU dan justru memakai istilah yang kerap dipakai oleh muhammadiyah, sehebat apapun dakwah yang anda sampaikan maka kemungkinan dakwah anda tersampaikan sangatlah kecil

—–

yang diatas barulah sedikit gambaran antara konflik muhammadiyah dan NU..
masih ada juga konflik dengan kelompok lain seperti MTA, PKS, Persis, Salafy, Haroky dan lainnya..

sekecil apapun ilmu yang kita miliki, menuntut kita untuk menyebarkannya (dakwah).. dan sekecil apapun dakwah yang kita sampaikan, tetaplah memerlukan ‘cara’ agar dapat diterima,, bukan sebaliknya justru menjadi bahan olok-olokan..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: