Kedekatan Hubungan antara Ibadah Haji dan Jihad


ibadah haji
ibadah haji

Oleh: Rafiq Jauhary

Penulis Buku, Pembimbing Ibadah Haji dan Umroh

Tidakkah kalian mentadabburi Al-Quran? Andaikan Al-Quran itu diturunkan bukan dari Allah, maka pastilah akan terdapat perselisihan di dalamnya (QS An-Nisa: 82)

          Mengawali pembahasan ini, sengaja kami mengingatkan dengan ayat di atas. Sebagai penguat iman bahwasannya seluruh Syariat dalam Islam tidak akan mungkin bertentangan ketika dijalankan. Hal ini karena sering kali dalam masyarakat kita mendengar bahwa ketika seseorang masih menempuh bangku pendidikan (tholabul ilmi), maka aktifitasnya akan terganggu mana kala ia menikah. Begitupun ketika seseorang ingin menabung untuk menjalankan ibadah haji atau aktif dalam kegiatan haji, seolah ia pun dikatakan sebagai seorang yang tak peduli dengan urusan jihad dan mujahidin. Benarkah demikian?

Jika anda termasuk diantara yang dibuat bingung dengan permasalahan diatas atau yang semisal. Maka cobalah untuk mengembalikan rumusnya pada ayat dalam surat An-Nisa diatas, bahwa tidak mungkin terdapat perselisihan / pertentangan dalam syariat

Haji Menjadi Pilihan Bagi Seorang Wanita Yang Ingin Berjihad

          Cobalah kita ingat akan sebuah hadits shahih. Ketika itu Aisyah bertanya pada Rasulullah tentang kewajiban seorang wanita untuk berjihad, maka beliau pun bersabda

نَعَمْ، عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيْهِ، الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ

Benar, mereka (perempuan) wajib berjihad di medan yang tidak ada pertempuran di dalamnya, yakni Haji dan Umrah.” (HR Bukhari: 1520, Ahmad: VI/71, Ibnu Majah 2901)

          Hadits di atas menjadi pertanda kuat bahwasannya Ibadah Haji dan Umrah benar-benar memiliki kedekatan dengan Jihad, baik mulai dari persiapannya (i’dad), perjuangan dalam pelaksanaannya, resiko meninggalkan keluarga dan juga kampung halaman. Tak heran jika kemudian beliau memilih ibadah haji sebagai pengganti kewajiban berjihad bagi seorang perempuan.

Hal ini pun dikuatkan dengan hadits lainnya yang menjelaskan bahwa posisi ibadah jihad dan haji sangat berdekatan. Karena keduanya sama-sama disebut sebagai sebuah amal yang terbaik di mata Allah.

Ibadah Jihad dan Haji disebut sebagai perbuatan terbaik di sisi Allah

Sebuah Hadits Shahih yang ditulis oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya Nomor 26 dijelaskan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW ditanya tentang suatu amal yang terbaik, maka beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan RasulNya”, orang tersebut pun kembali bertanya “kemudian apa?”, beliau menjawab: “Jihad di Jalan Allah”, orang tersebut kembali bertanya. “kemudian apa?”, beliau menjawab: “Haji yang mabrur”

          Apalagi yang akan kita permasalahkan setelah membaca keterangan Rasulullah demikian bahwasannya ibadah haji yang mabrur adalah termasuk diantara perbuatan yang terbaik.

Bahkan tidak hanya demikian, Allah pun memberikan jaminan yang sama bagi seorang yang menjalankan ibadah Haji dengan para mujahidin yang berjihad di jalan Allah.

Jaminan Allah dalam ibadah haji sama dengan Jihad

Hadits ini ditulis oleh Ath-Thobroni dalam Mu’jam Al-Ausath Nomor 9033, bahwasannya Rosululloh bersabda:

إِنَّ هَذَا الْبَيْتَ دِعَامَة ٌمِنْ دَعَائِمِ الْإِسْلَامِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَو اعْتَمَرَ فَهُوَ ضَامِن عَلَى الله فَإِنْ مَاتَ أدْخَلَهُ الْجَنَّةْ، وَإِنْ رَدَّهُ إِلَى أَهْلِهِ رَدَّهُ بِأَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ

Baitullah ini adalah salah satu tiang diantara tiang-tiang islam. Maka barangsiapa berhaji atau umrah di baitullah, dia telah dijamin oleh Allah. Jika ia wafat, pasti akan dimasukkan dalam surga. Dan jika ia dikembalikan pada keluarganya, dia akan dikembalikan dengan membawa pahala dan ghanimah (harta rampasan perang).

          Lantas, apa lagi yang akan kita permasalahkan? Maka marilah kita yakini dan kuatkan tekad untuk melaksanakannya tanpa memandang bahwa haji dan jihad sebagai dua amalan yang berdiri sendiri-sendiri atau bahkan memandang bahwa keduanya merupakan dua ibadah yang bertentangan.

Sebagai amalan yang terbaik, tentu keduanya tidaklah mudah untuk mencapainya. Namun tetaplah tidak pantas bagi kita untuk berputus asa, karena sebagaimana sabda Nabi dalam permasalahan jihad yakni cukup dengan membantu mempersiapkan perbekalan mujahidin, kita pun dapat dikatakan sebagai orang yang telah berjihad. Begitupun dengan haji, hanya dengan membantu melayani para jamaah haji kita dapat dikatakan sebagai khodimul hujjaj. Dan yang perlu kita ketahui, pelayan jamaah haji adalah posisi yang sangat bergengsi dalam islam dan diperebutkan oleh para sahabat Rasulullah.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: