Ini pertama kalinya saya posting sebuah tulisan menggunakan tablet, waktu yang agak padat membuat saya sulit untuk memegang laptop walaupun sesaat. Semoga ini tidak mengganggu kenyamanan anda ketika membacanya yaa.
Santai saja, saya hanya ingin berbagi cerita tentang sebuah pemandian air hangat yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya di grabag, magelang. Sebuah kecamatan kecil yang tenteram aman dan sentosa (saya kurang faham dengan makna ketiga kata tadi, namun ehtah mengapa di setiap kisah dongeng selalu saja kata itu dipakai, dan kali ini saya ikut-ikutan hehehe.)
Sudahlah, mari kita mulai.
Pemandian yang akan saya ceritakan ini terletak di desa candiumbul, atau lebih kurang 3 kilometer dari kantor kecamatan. Konon tempat ini dahulu adalah pemandian para permaisuri kerajaan mataram kuno maka tak heran jika panas yang dikeluarkan pun alami. Ada dua kolam berukuran lebih kurang 10 x 8 meter yang dapat kita manfaatkan untuk berendam tanpa perlu takut dengan cuaca dingin pegunungan.
Tidak ada angkutan umum yang dapat mengantarkan anda hingga ke pemandian ini, satu-satunya cara bagi anda yang hendak mengunjungi tempat ini tanpa membawa kendaraan pribadi hanyalak ojek. Namun yang agak sulit adalah setelah selesai mandi, bagaimana pulangnya? Ahahaha. Hatus berjalan 400 meter untuk sampai di perumahan warga dan meminta mereka untuk mengantar anda ke jalan raya. Namun jika anda menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil ataupun motor, penduduk sekitar cukup ramah untuk memberi tahu anda dimana letak pemandian ini.
Nah, ini dia penampakan bagian depan tempat pemandian candiumbul.
Tiket untuk masuk pun sangat terjangkau
Pagi tadi saya mengajak adik, kakak sepupu dan keponakan saya hanya membayar Rp. 13.000 sudah termasuk dengan biaya parkirnya untuk 2 motor.
Begitu memasukinya, anda akan langsung disuguhi dengan sebuah gazebo untuk berkumpul dan taman yang terawat. Sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat kemah bersama dengan teman atau keluarga anda.
Naah, setelah berjalan masuk kedalam. Barulah anda akan disuguhi pemandangan kolam air hangat yang agak kehijauan
Tepat di samping kolam pun masih tampak bebatuan bekas candi yang sudah tak terawat dan dibiarkan ditumpuk dalam beberapa tumpukan
Dan ini adalah perbekalan saya yang saya taruh begitu saja di atas batu, hehehe.
Sementara di sisi tumpukan batu itu masih tampak sebuah papan bertuliskan laporan pengerjaan proyek yang menelan dana 90 jutaan.
Jangan dicari foto saya ketika berenang ya, hehehe. Langsung aja saya tampilkan gambar tempat untuk berbilas
Dan di bawah ini adalah tempat untuk berbilas
Sebuah destinasi wisata yang cukup menarik, namun sayang masih belum banyak dipromosikan dan fasilitasnya pun masih kurang memadai.
Tempat ini sejatinya cukup dekat dengan jalan raya yang menghubungkan antara semarang – yogyakarta, hanya berjarak 1 kilometer saja. Namun entah mengapa jalan penghubungnya sengaja ditanam sebuah tugu di tengah jalannya agar tidak dapat dilewati mobil. Sedangakn motor, masih bisa lewat kok.
Okkey, itu aja yaa.. sampai jumpa dengan tulisan saya tentang haji, umrah, kuliner dan tempat- tempat wisata.. š