biasanya anak muda tidak terlalu mementingkan hal ini, tapi para kerabat dan orang tua memandang ‘kufu’ adalah sebuah persyaratan ketika menentukan menantunya..
bagi si anak, asalkan dia sholihah, asalkan dia berakhlaq baik, asalkan dia cantik, asalkan dia berpendidikan.. itu sudah cukup.. dia tidak terlalu memandang seperti apa keluarganya, seperti apa status sosialnya..

saya pernah mendengar cerita, ada seorang pemuda yang kaya.. dia jatuh hati dengan pemudi cantik, sholihah,, namun berasal dari keluarga miskin.. suatu hari ketika si pemuda mengajukan proposal pernikahan pada orang tuanya, calon itu pun ditolak..
namun si anak tak kalah cerdik, dia bertanya pada bapaknya..
“apa yang menjadikan bapak tidak suka dengannya?”
bapaknya pun menjawab,
“bapak tidak ada masalah dengan wanita yang kau idamkan itu, namun keluarganya..”
anak: “ada apa dengan keluarganya pak?”
bapak: “nak, tentu kamu tahu kalau bapak dan dirimu sendiri adalah orang berkecukupan bahkan dapat dikatakan kaya, sementara dia? rumah kecil dan mobil pun tak punya…”
anak: “saya akan membangunkan rumah untuk orang tuanya, dan akan membelikan mobil juga..”
bapak: “tapi masalahnya tidak cuma itu nak, dia belom berhaji.. sementara kita sekeluarga sudah.. ini menunjukkan status sosial kita juga berbeda..”
anak: “akan saya hajikan mereka sekeluarga”
hehehe, ini adalah penggalan cerita seorang anak yang mampu menyelesaikan permasalahan ‘kufu’ dalam pernikahan.. namun bagi kita yang tidak sekaya anak tersebut, tentu kufu masih menjadi kendala yang mengganjal..
saya pun dulu masih mengira ‘kufu tuh buat apa? ini adalah persyaratan yang terlalu mengada-ada dan juga mempersulit’… eh setelah saya pikir-pikir ternyata kufu tuh penting juga, apalagi jika setelah sekian lama berkeluarga, dalam keluarga itu muncul cekcok antara suami dan istri.. disinilah ‘kufu’ banyak berperan..
saya banyak mendengar dalam sebuah keluarga, istri bertindak semena-mena (terutama dalam usia perkawinan tua, dimana cinta sudah menguap).. dia bertindak semena-mena manakala mendapati suaminya salah dalam suatu hal.. mengapa demikian? karena istri tidak hormat pada suaminya.. hal ini bisa terjadi karena si istri berpenghasilan lebih besar dibanding suami, atau juga keluarga si istri lebih ningrat, lebih terpandang, lebih dominan dibanding keluarga suami yang dapat dikatakan dari kalangan menengah kebawah..
atau sebaliknya, suami yang kedudukannya jauh lebih tinggi dibanding istri pun akan kerap melecehkan istrinya..
kufu itu penting juga.. jadi kalau mau nikah, kok kriteria ‘kufu’ anda kurang berimbang, ada baiknya anda mencontoh kisah diatas.. jika yang menjadi maslah adalah hartanya, berikan pada keluarga kekasih anda harta yang banyak sehingga dapat berimbang,, jika yang menjadi masalah adalah agamanya, berika mereka kursus keagamaan (anda pun harus menguasai keagamaan untuk dapat memberikan mereka kursus),, jika yang menjadi masaah adalah status sosial, maka angkatlah status sosialnya..
jika kufu telah terpenuhi, maka setidaknya satu peluang cekcok telah anda tutup,, anda dapat memperjuangkan untuk menutup peluang lainnya.. hehehe
-hanya sebuah renungan sore-