
Sebagai dua negara serumpun dan bertetangga dekat, sejak dahulu Indonesia dan Malaysia sudah saling bersaing ketat dan kerap dibandingkan satu dengan lainnya, tak terkecuali dengan penyelenggaraan ibadah hajinya. Maka dalam artikel kali ini saya akan mengulas sebuah data yang kami dapatkan resmi dari Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah mengenai penyelenggaraan Ibadah haji Indonesia dibanding Malaysia.
Jangan Khawatir, data yang kami berikan insya Allah valid dan tidak repost. Yuk kita mulai membahas dengan kepala dingin dan fair.
1. Harus diakui, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa (85,2% beragama Islam) . Sedangkan Malaysia hanya berpenduduk 27 juta jiwa (60,4% beragama Islam). Perbandingannya sangat banyak. Jika mengacu pada hasil keputusan OKI bahwa kuota haji dibagi 1:1000 Populasi Muslim dalam suatu daerah, maka Indonesia mendapatkan 211.000 kuota haji, sedangkan Malaysia hanya 26.000 kuota.
2. Dari data diatas maka tentu kita akan memahami bahwa mengelola jamaah dengan jumlah sedikit lebih mudah dibanding mengelola jamaah dalam jumlah banyak. Maka jika kedua negara sama-sama mendapatkan prestasi ISO 9001-2008, saya tentu lebih memberikan jempol saya kepada Indonesia dibanding Malaysia, sekalipun keduanya tetap saya berikan jempol atas pelayanannya terhadap para tamu Allah. Ini bukan subyektif saya pribadi, namun setidaknya 10 Negara di dunia pun mengakuinya bahkan mempelajari penyelenggaraan Ibadah Haji dari Indonesia.
3. Kemudian dilihat dari segi jumlah biaya (ingat, ini adalah total biaya dihitung direct dan indirect cost) Indonesia terhitung masih lebih murah dibanding Malaysia. Padahal jarak yang ditempuh menuju Arab Saudi, Indonesia masih lebih jauh. Namun perlu diingat, Apartemen dan fasilitas lainnya bagi jamaah Malaysia lebih baik dibanding Indonesua, jadi dalam hal ini saya kira nilainya sama. Tetapi (kalau saya) lebih suka dengan Malaysia yang menaikkan biaya apartemen 2x lipat dari Indonesia mengingat apartemen yang ditinggali jamaah Indonesia masih banyak yang kurang layak. Lebih baik menaikkan anggaran Apartemen dibanding memakai apartemen yang kumuh, toh jamaah juga mampu.
4. Untuk pengelolaan indirect cost (indirect cost adalah uang pengembangan dari titipan jamaah di bank) Malaysia lebih patut mendapatkan acungan jempol. Namun ini bukan tanpa alasan, mereka mendapatkan indirect cost lebih banyak karena jumlah antrean jamaah di Malaysia lebih panjang (26 tahun), sementara di Indonesia saat ini hanya 13 tahun (untuk Jawa Tengah). begitupun dengan kebijakan pengelolaannya. Indonesia dinilai lambat dalam mengelola indirect cost, namun Indonesia memiliki kelebihan yakni ‘lebih aman’, karena uang dimasukkan dalam sukuk dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara).
Sementara Malaysia (pernah dikatakan oleh staff PHU Kemenag Jateng) kurang aman, dan pernah kecolongan dikarenakan uang yang diinvestasikan ke perkebunan sawit di Sumatera terlambat panen sementara jamaah sudah harus berangkat, sehingga Tabung Haji terpaksa meminjam uang ke Kemenag RI diambilkan dari DAU (Dana Abadi Ummat)
* Nah setidaknya ini adalah perbandingan diatas kertas mengenai pengelolaan Ibadah Haji dari kedua Negara Indonesia dan Malaysia. Harapan kita semua tentu dapat lebih baik, tidak hanya bersaing namun juga kedua negara dapat saling bekerjasama agar pelayanan untuk tamu-tamu Allah lebih maksimal.
Oiya, saya juga ingin memesankan (semoga Pak Menteri atau Dirjen PHU membacanya) agar pelayanan dalam hal pembimbingan ibadah lebih ditekankan. Saya mendapati buku Fiqih Haji dari Kemenag RI masih jauh dari kata ‘Ilmiyah”. Banyak Hadits atau pendapat ulama yang tidak memiliki rujukan jelas, sehingga menyulitkan jamaah untuk mengetahui derajat keshahihan hadits dan kebenaran pendapat itu.
Begitupun dengan penyelenggaraan bimbingan di KUA atau Kantor Kemenag setempat yang diisi oleh para pembimbing kurang berpengalaman dan justru lebih banyak diisi dengan candaan atau cerita pribadi. Masak pembimbing sepuh dan berangkat menjalankan haji tahun 90-an mengisi bimbingan lebih dai 40% nya berisi cerita, dan cerita itu sudah out of date.
Mohon maaf, semoga dapat menjadi masukan. Kita semua berharap dapat melecutkan pelayanan. Sebagai Pengurus KBIH, Pengelola Travel Umrah, Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah, juga penulis buku dan artikel Haji dan Umrah saya cukup bangga dengan pelayanan Haji di Indonesia, namun tentu saya belum puas dengan ini semua.. Mari Pak Menteri, bersama-sama kita tingkatkan pelayanan ini.. 🙂
Salam
rafiqjauhary.com
:: pertanyaan anda seputar haji dan umrah dapat dialamatkan ke contact@rafiqjauhary.com
perbandingan yang baik.
mahadzir from malaysia