Pohon Besar Kemaksiatan


pohon besar
pohon besar

Ini adalah oleh-oleh dari daurah yang saya ikuti di Masjid Umar bin Khattab (UBK) Grabag Magelang. Daurah dengan Tema “Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar” ini diisi oleh tiga pemateri. Beliau adalah Ustadz Fuad Al Hazimi yang memberikan makalah tentang Fikih Al Amru Bil Makruf Wan Nahyi ‘Anil Munkar, kemudian pemakalah kedua adalah Bpk Hendro Sudarsono yang menyampaikan tentang Prosedur Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Kerangka Hukum di Indonesia, dan Bpk Agus Djunaedi yang memberikan Tips dan Trik Amar Makruf dan Nahi Munkar.

Namun selain ketiga pemateri tersebut, acara daurah ini juga diisi dengan pemberian softskill berupa Beladiri Praktis yang diampu oleh Bpk Iqbal. Beliau adalah Manajer Security pada salah satu institusi di Jakarta. Beliau juga pelatih beladiri Pencak Silat dan juga Aikido, setidaknya seperti itu beliau memperkenalkan diri.

Pada malam itu ada satu prolog yang cukup manis disampaikan oleh Ust Fuad Al-Hazimi dalam memulai menyampaikan materinya. Namun sebelumnya perlu anda ketahui beliau adalah seorang ustadz yang gemar bertadabbur Alam, dan termasuk diantara gejala alam adalah mengenai perbuatan masyarakat.

Ustadz Fuad Al Hazimi pun bercerita tentang perjalanannya ke Semarang pada suatu pagi di hari Ahad. Beserta temannya yang ketika itu menemaninya perjalanan beliau ingin mencoba melalui jalan alternatif sekalipun jalan utama antara Magelang ke Semarang cukup lengang. Beliau hanya berkata kepada temannya “Kita lewat bandungan aja, semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan kita ini.”

Seperti yang saya perkirakan, beliau pun menjumpai Bandungan yang dikenal sebagai tempat wisata (hampir seperti Puncak Bogor, Kopeng Salatiga, Tawangmangu Karanganyar, Baturraden Purwokerto) penuh dikunjungi wisatawan. Dari hotel, motel hingga tempat karaoke yang bertebaran di pinggir jalan, hampir semuanya dipenuhi oleh mobil dan motor dari pengunjung. Sebenarnya ini hal yang biasa, namun yang membuat kita harus menanggapi lebih serius adalah siapa pengunjung dari tempat-tempat hiburan itu? apakah mereka pasangan sah? ataukah pasangan gelap? berarti maksiat dong? itulah.

Dan Ustadz Fuad Al-Hazimi kemudian mengatakannya sebagai Pohon Besar.

Dahulu Bandungan (juga tempat wisata lainnya) tentu menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi dikarenakan kemaksiatan, dan tempat hiburan (baca: tempat kemaksiatan) belum merajalela. Namun sekarang? Kemaksiatan itu sudah membesar, menguasai perekonomian, membentuk opini, melahirkan generasi dan menjadi tempat bergantungnya kehidupan bagi masyarakat.

Mengapa bisa demikian? karena dahulu ketika kemaksiatan itu pertama kali tumbuh, masyarakat mendiamkannya, dan membiarkannya tumbuh bahkan ada yang berharap supaya kemaksiatan itu bisa membantu perputaran ekonomi warga. Na’udzubillahi min dzalik.

Kini, ketika kemaksiatan itu sudah membesar, menjadi tempat bergantun bagi ribuan orang, maka merubuhkannya adalah hal yang sangat sulit, terlebih saat ini akan banyak orang yang menentangnya karena merasa kelangsungan hidupnya akan terganggu manakala pohon itu ditumbangkan.

Permisalan sesuatu menjadi pohon sebenarnya juga kita kenal dalam Al-Quran (QS Ibrahim 24-27) disana Allah memberikan misal Kalimah Thayyibah (Islam) layaknya sebuah Pohon yang baik, akarnya kuat menancap di dasar bumi, dan dahannya menjulang tinggi, dia juga dapat memberi makan bagi makhluq disekitarnya. Seperti itulah permisalan Pohon yang baik, namun bagaimana jika pohon itu adalah pohon kemaksiatan? alangkah bahayanya dia?

Bayangkan saja, betapa bahayanya pohon Dedalu Raksasa sebagaimana yang digambarkan dalam film Harry Potter. Anda pun dapat membayangkan seperti suku Na’vi dalam film Avatar yang akan mati-matian membela hutannya yang akan dijajah oleh manusia sebagai pertambangan. Dan seperti itulah ketika kemaksiatan telah menjadi pohon yang besar.

Di daerah kita kemaksiatan bertebaran luas, mulai dari yang dikenal sebagai Pekat (Penyakit Masyarakat) seperti Zina, meminum minuman keras, judi hingga kemaksiatan lain seperti syirik.

Kini yang perlu kita renungkan adalah, akankah kita masih ingin mendiamkan pohon kemaksiatan itu membesar sehingga dapat merusak lingkungan bahkan merusak generasi? ataukah kita memilih untuk membatasi ruang lingkupnya hingga kemudian menumbangkannya?

Inilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, sebuah ajakan kepedualian yang disyariatkan dalam Islam. Bukan sebatas peduli untuk Islam, tapi juga peduli untuk ketenteraman hidup bersama. Mari kita mulai untuk peduli, mengajak orang untuk mengerjakan hal yang makruf, dan sebaik mungkin mengajak orang untuk meninggalkan yang munkar.

 

Salam Cinta, dari saudaramu

Rafiq Jauhary

2 Replies to “Pohon Besar Kemaksiatan”

  1. Masya Allah, tulisannya sangat menyentuh, ustadz. Penulis muda berbakat yang menurut saya memiliki karakter tulisan yang beda. Semoga web RafiqJauhary.com ini senantiasa memberi manfaat kepada umat. Insya Allah.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: