
Dusun dimana saya tinggal termasuk diantara dusun yang kebal dengan isu politik.. sekalipun sedang berlangsung pemilihan presiden, anggota legislatif, gubernur, bupati, kepala desa.. masyarakat lebih memilih untuk cuek dengan itu..
Politik uang tidak terlalu tampak, pemasangan baliho, stiker, kalender dan gambar capres, caleg, cagub, cabup tak banyak tampak di desa kami..
Meskipun mereka tetap berangkat menuju TPS untuk menggunakan hak suaranya, namun mereka enggan untuk meributkan isu yang ada,, bahkan mereka tidak terlalu yakin akan adanya perubahan sekalipun presiden, kepala daerah atau DPR diisi oleh siapapun,, toh mereka semua memiliki visi yang baik, dan kalau diminta untuk memilih pun, mereka tak cukup pandai untuk melihat mana yang akhlaqnya lebih baik, karena tidak mengenal para calon tersebut.. dan semua yang dikatakan para tim sukses akan selalu baik, sampai2 masyarakat tidak diberi kesempatan untuk mengetahui cavatnya track record mereka..
Namuun.. ternyata ada pengecualian..
Yakni ketika sesaat lagi akan dilangsungkan pemilihan kepala dusun, masyarakat mau tidak mau menjadi angkat suara.. karena mereka semua mengenal semua orang yang mencalonkan diri dan mereka akan berinteraksi dengan kepala dusunnya setiap hari,, mengetahui keluarganya, lingkungannya, rekam jejaknya, juga visi & misi dia sesungguhnya..
Masyarakat mulai memetakan basis kekuatan kelima calon di dusun kami, siapa yang memiliki masa yang cukup besar, siapa yang bermodalkan uang besar, siapa yang bermodalkan integritas, dan siapa yang modalnya memanfaatkan apa yang disenangi masyarakat..
Perang politik kepala dusun justru sangat tampak, baliho besar didirikan di sudut2 desa, gambar para calon kepala dusun bahkan mampu menyelimuti jembatan, tiang listrik dan dinding2 rumah warga.. apalagi dibenturkan dengan isu ahlul haq dan ahlul bathil.. dua dari kelima calon memiliki masa yang besar.. satu dari golongan kanan, dan satu golongan kiri..
Golongan kanan dijagokan oleh aktifis masjid dan memiliki visi yang baik untuk membawa masyarakat di desanya,, ia diusung untuk mencounter golongan kiri yang isunya akan menggalang dukungan masyarakat dengan cara mempromosikan kesenian tradisional jathilan, karena dia memang leader dalam perkumpulan itu..
Jika dibenturkan dengan dua isu ini, satu aktifis masjid dan satu aktifis jatilan, tentu pembahasan bukan sebatas integritas, tapi masalah Agama dan kepercayaan..
Dalam kondisi seperti ini menganjurkan masyarakat desa untuk tidak mengikuti pemilu sama artinya merelakan dusun kami dijadikan sebagai sentra jathilan, namun menganjurkan masyarakat untuk mengikuti pemilu sama artinya dengan menggiring masyarakat untuk masuk dalam fitnah demokrasi..
Entahlah, tapi di hari esok saya benar2 sudah menyanggupi untuk hadir di pertemuan komunitas penulis ‘pesantrenpenulis’ di jogja dari pagi hingga siang hari.. selamat berpolitik dengan visi anda, semoga masyarakat dapat terbina, terpimpin dan terbantu hajatnya dengan kepemimpinan anda, dan saya pun akan mengasah ketajaman dakwah saya dengan bertemu para penulis untuk sharing ilmuÂ