Seorang wartawan Majalah Manasik menghubungi saya pada bulan Maret 2014 lalu untuk mengadakan wawancara tentang kemuthawifan. Dan berikut ini adalah hasil wawancara kami yang terbagi menjadi dua buah artikel. Silakan disimak.
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
Kisah Para Muthawif Asal Indonesia
dikutip dari: http://manasik.info/2014/05/07/kisah-para-muthawif-asal-indonesia/
Beragam cerita orang yang menekuni pekerjaan sebagai muthawif. Seperti yang dialami oleh tokoh pergerakan kemerdekaan sekelas KH Anwar Musaddad. Cendikiawan muslim ini pernah bertindak sebagai muthawif khusus untuk mendampingi Presiden Soekarno saat menunaikan haji tahun 1956. Sebagai seorang muthawif, ia harus menjelaskan berbagai pertanyaan yang dilontarkan Bung Karno.
Semisal ketika Bung Karno tengah thawaf, tiba-tiba ditabrak seorang wanita hingga jatuh. “Paduka, di sekeliling Kabah penuh dengan tamsil-tamsil,” ujar Kyai Musaddad sekadar untuk menenangkan Bung Karno, seperti yang dikutip Majalah Aula. Sontak, Bung Karno pun bertanya, “Kalau yang barusan saja terjadi itu tamsil apa Kyai?” Mendengar pertanyaan itu, Kyai Musaddad menjawab, “Paduka perlu berhati-hati dengan wanita.”
Lain halnya dengan Fahmi, yang hampir separuh hidupnya dihabiskan di kota suci Mekkah sejak menetap pada tahun 1994. “Alhamdulilah saya bisa kerja dapat rezeki. Saya juga bisa melaksanakan ibadah haji setiap tahun, umroh setiap minggu, sebulan 2 sampai 3 kali ke Madinah untuk ziarah dan lain-lain,” cerita Fahmi yang mengaku keluarganya banyak yang tinggal di Arab Saudi, seperti dikutip tribunnews.com.
Profesi ini telah ditekuninya selama tiga tahun. Dimana sebelumnya ia membuka usaha membuat kopiah bersama istrinya. “Setelah saya bekerja sebagai mutawif ini, rasanya hidup saya tenang, aman, alhamdulilah,” ujar pria 43 tahun yang kerap diminta untuk membadalkan (menggantikan) haji atau umrah kerabatnya yang telah meninggal dunia.
Iqdam Aun Rafiq adalah muthawif dari kalangan pelajar Indonesia yang tengah kuliah di Mekkah. Iqdam pertama kali menjadi muthawif di musim haji 2009 saat berusia 19 tahun. Baginya, menjadi muthawif adalah jalan untuk mengisi waktu luang. Di samping mendapatkan uang saku tambahan, ada nilai plus yang didapat yakni bisa belajar langsung public speaking, ceramah, leadership, dan tanggung jawab. “Tentu menjadi pelayan para tamu Allah adalah kemuliaan tersendiri,” ujarnya kepada Manasikbeberapa waktu lalu.
Sebagai muthawif, Iqdam pernah berurusan dengan aparat keamanan dan sempat dikurung satu malam di kantor Daker Mekah. Pasalnya, ia pernah dituduh mencuri oleh pihak maktab, padahal keberadaan dia untuk membantu para jamaah haji saat tiba di pemondokan. Lantaran tidak ada bukti, Iqdam dilepaskan. Di sisi lain, berkat kedekatanya dengan jamaah, ia pun acapkali mendapat tips dalam jumlah banyak. Bahkan sempat ada jamaah yang memintanya untuk menjadi mantunya. (Baca : Peran Aktif Sang Muthawif)
Seiring selesainya masa pendidikan di Mekkah pada 2011, profesi muthawif pun berhenti. Berbagai pengalaman lika liku melakoni pekerjaan muthawif itu ia bukukan. Rencananya, buku berjudul Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci itu segera dirilis dalam waktu dekat ini. “Buku tersebut ini sengaja saya susun untuk menjadi hand bookbagi jamaah haji dan umrah,” katanya. (hayat)
– – – – – – – – – – – –
Dapatkan buku Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci cukup dengan menghubungi 081226833166