Sejarah Bulan Sya’ban, Perpindahan Arah Kiblat


masjid qiblatain
masjid qiblatain

Foto yang sedang anda lihat di atas adalah penampakan Masjid Qiblatain. Sebuah Masjid bersejarah yang dimiliki ummat Islam. Letaknya ada di Kota Madinah, atau tepatnya 5 km arah barat daya dari Masjid Nabawi. Lantas seperti apa kisah sehingga masjid ini memiliki nilai sejarah? Mari kita sampaikan.

Awal Mula, Shalat Didirikan Menghadap Masjidil Aqsa

Sejak pertama syariat shalat ditetapkan di tahun-tahun terakhir fase Makkah, saat itu shalat didirikan oleh ummat Islam dengan menghadap Masjidil Aqsa di Palestina, atau dari arah Makkah dan Madinah maka Masjidil Aqsa berada di arah utara.

Selama sekian tahun shalat tetap didirikan dengan menghadap Masjidil Aqsa, sampai Rasulullah beserta para sahabat hijrah ke kota Madinah.

Sejarah Perpindahan Kiblat

Namun begitu tiba di Madinah, Rasulullah banyak berdoa dan berharap agar Kiblat dipindah menuju ke Masjidil Haram, menghadap Ka’bah. Di saat itulah kaum Yahudi mulai mengambil isu untuk memecah belah. Mereka mengatakan bahwa Muhammad SAW tidaklah benar mengakui Musa sebagai seorang Nabi. Mereka pun memberi argumentasi bahwa Muhammad SAW hendak memindahkan arah shalat menuju Ka’bah, dan tidak lagi mengakui kesucian Masjidil Aqsa yang juga diakui Yahudi sebagai Tanah Sucinya sebagaimana disucikan oleh Nabi Musa.

Namun Rasulullah pun dengan mudah membantahnya, dengan mengatakan bahwa Nabi Musa pun sejatinya mengakui Masjidil Haram sebagai Tanah Suci yang lebih dahulu dibangun dibanding Masjidil Aqsa, dan lebih utama dibanding Masjidil Aqsa. Isu yang dihembuskan pihak Yahudi pun akhirnya terpatahkan dengan bantahan Nabi. Akan tetapi Allah masih belum menjawab permohonan Nabi, dan Shalat tetap masih didirikan dengan menghadap Masjidil Aqsa di Palestina.

Proses Perpindahan Kiblat

Hingga tibalah saatnya. Diturunkan sebuah ayat ke 144 dalam surat Al-baqarah

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit (untuk berdoa), maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (taurat dan injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Ayat di atas diturunkan dalam Shalat Dhuhur (beberapa ulama mengatakan dalam Shalat Ashar) pada pertengahan bulan Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah. Ketika itu Rasulullah SAW sedang berada di Masjid Quba dan kemudian memberi tahu kepada para penduduk Quba akan berita gembira ini.

Kabar pun disebarkan, termasuk juga oleh seorang sahabat yang memiliki rumah di daerah Bani Salimah. Dengan bergegas, dia pun kembali ke perkampungannya membawa berita ini.

Dinamakan Masjid Qiblatain

Begitu tiba di perkampungannya, waktu Ashar telah tiba, dan para sahabat telah memulai menjalankan Shalat Ashar secara berjamaah. Namun karena saking senangnya, sahabat ini pun berteriak kepada para sahabat yang sedang berjamaah ini mengabarkan berita perpindahan arah kiblat menuju Masjidil Haram.

Tidak menunggulama, dalam posisi sedang menjalankan shalat berjamaah, para sahabat kemudian langsung memutararah tanpa membatalkan shalat. Yang semula menghadap Masjidil Aqsa di Palestina (arah utara) kemudian berbalik ke arah Ka’bah di Masjidil Haram (arah selatan). Tentu saja dengan merapikan barisan lagi, karena imam tetaplah berada di depan makmum.

Peristiwa inilah yang kemudian menjadikan masjid ini sebagai masjid yang memiliki dua kiblat dalam satu rangkaian shalat, sehingga dikenal dengan nama Masjid Qiblatain. Masjid ini semula adalah sebuah masjid kecil yang dimiliki oleh Bani Salimah. Sebuah Kabilah yang dipercaya Rasulullah untuk tetap meninggali daerahnya sementara kabilah lainnya berpindah mendekat ke arah pusat kota Madinah saat Rasulullah pertama kali Hijrah di Kota Madinah ini.

Masjid Qiblatain Saat Ini

Masjid Qiblatain ini berubah megah, pembangunan besar-besaran didanai oleh Raja Fahd pada tahun 1987 M / 1408 H dengan memakan anggaran hingga 54 Juta Riyal atau sekitar 170 Milyar Rupiah. Bagi anda para jamaah haji dan jamaah umrah yang ingin mengunjunginya dapat menggunakan taksi dengan merogoh kantong antara 5 hingga 10 riyal. Namun sebagian besar travel ibadah haji dan umrah, begitupun juga dengan KBIH yang menjadikan tempat ini sebagai tujuan wisata, karenanya setiap jamaah bisa mengunjungi tempat ini tanpa biaya tambahan.

Sekalipun ini adalah masjid bersejarah, akan tetapi tidak ada anjuran secara syariah untuk mengunjunginya. Andaikan anda ingin mengunjunginya, niatkan saja untuk mempelajari sejarah. Bukan untuk melakukan ibadah tertentu.

 

Referensi

Al-quranul Karim. Jakarta: Maghfirah Pustaka

Abdul Ghani, Muhammad Ilyas. 2002. Sejarah Madinah Munawwarah. Riyadh: Al-rasheed Printers

Jauhary, Rafiq. 2014. Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci. Sukoharjo: Nur Cahaya Ilmu

 

– – – – – – – – – –

Dapatkan sejarah tempat-tempat di Makkah dan Madinah dalam buku ‘Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci

info dan pemesanan: 081226833166

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: