Dahulu moment lebaran adalah saat yang amat ditunggu. Pada saat itu pakde-bude akan bertanya, “Siapa yang puasanya penuh satu bulan?” kemudian beliau akan membagikan hadiah untuk kami satu persatu sesuai jumlah puasanya. Dan untuk yang satu ini saya berbangga diri karena sudah dikenalkan dengan puasa ramadhan sejak TK.
Hidup di keluarga besar yang rukun dan murah hati tentu menjadi poin yang amat menguntungkan bagi kami sebagai anak-anak, karena dapat dipastikan angpau yang kami terima pun semakin banyak.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, jika beberapa tahun lalu saya agak bermuka masam ketika sudah tidak lagi masuk dalam daftar penerima angpau, pada lebaran kali ini saya tersenyum lebar karena ternyata anak saya sudah masuk dalam daftar penerima angpau. Hehe.
Generasi pakde-bude sudah mulai berganti ke anak cucunya. Walau demikian ingatan saya masih cukup kuat merekam satu persatu sapaan hangat mereka.
Lebaran memang moment yang tepat untuk menghadirkan banyak memori indah bersama keluarga besar. Bukan hanya mengingat candaan segar dan angpaunya, tapi juga pesan-pesan nasihat dan juga doa dari mereka.
Maka ketika mendengar pakde, bude, mas atau mbak yang bercerita tentang serunya permainan mereka di kampung halaman kami Citrosono; atau bercerita bagaimana mbah Mahfudz mendidik anak cucunya; atau bercerita tentang perjuangan dakwah simbah dan pakde, saya akan berusaha mengingat dan mencontohnya.
Nampaknya hal seperti itulah yang dilakukan mas atau mbak saya, sehingga sekalipun beberapa pakde dan bude sudah lebih dahulu wafat, namun akan muncul generasi selanjutnya yang melanjutkan apa yang dilakukan pendahulunya.
Waktu terus berjalan, generasi terdahulu dilanjutkan dengan generasi selanjutnya, dan kebiasaan baiknya pun terus berlanjut dilakukan oleh generasi selanjutnya.
[ditulis menggunakan smartphone oleh @rafiqjauhary sambil beres-beres sisa kue lebaran]