Terus terang saya tidak terlalu suka sayur orak-arik. Bagi saya sayuran adalah sup berkuah bening, berkuah santan atau sekalian aja dibuat oseng-oseng.
Maka ketika istri saya pagi tadi mengatakan akan masak orak-arik, dalam hati saya mengatakan “Ahh sudahlahh, toh masih ada kering kacang, tahu goreng dan sambal terasi…”
Dan benar, ketika waktu makan tiba saya mengambil lauk seperti yang direncanakan.
Bagaimana dengan orak-arik? Lupakan sajalah. Toh di restoran atau dalam hajatan pun saya jarang sekali memakan orak-arik (kecuali kalau memamg terpaksa).
Pagi ini pun saya harus mengambil pilihan ‘terpaksa’ mencicipinya sebatas membahagiakan dan menghargai masakan istri.
“Aawm..” pada suapan pertama saya mengambil beberapa helai potongan sayur orak-arik bersama dengan nasi dan kering kacang.
Sesaat belum ada ekspresi yang berubah. Nampaknya memang sama saja dengan orak-arik pada umumnya.
Tapi.. Sebentar..
Ini beda.. Saya pun mengambil lagi satu suap orak-arik tidak dengan nasi atau lauk lainnya.
Ya ternyata memang enak. Ternyata beda dengan masakan orak-arik lainnya. Tidak terasa satu piring sarapan pagi pun segera habis, bahkan saya menambah lagi setengah sendok nasi dengan orak-arik tanpa lauk lain.
Begitu sarapan selesai, sebuah pesan whatsapp masuk di smartphone. Saya baru tersadar kalau lupa mengambil gambar orak-arik spesial pagi ini.
*Untuk istri saya, kalau diberi skala 1-10 saya akan berikan nilai 9,5 untuk sayur orak-arik oagi ini.