Seperti itulah orang arab menyebutnya.
Merpati yang banyak hidup di sekitar Masjidil Haram ini tidak diketahui secara pasti asal-usulnya. Ribuan tahun mereka telah tinggal di kota Makkah, menjaga baitullah.
Uniknya walau jumlahnya ribuan, namun semuanya memiliki warna yang sama. Abu-abu tua, atau orang dari kampung menyebutnya ‘megan’.
Banyak yang belum mengetahui, merpati ini bukan dibiarkan tanpa rumah. Pemerintah kota Makkah sangat memerhatikan hak-hak hewan dan membangunkan untuknya apartemen burung merpati. Salah satu kantong hunian terbesarnya ada di bawah jembatan Hujun, satu kilometer sisi utara Masjidil Haram.
Adapun mengenai asal-usulnya, hingga kini belum diketahui secara pasti. Masyarakat awam mengatakan, burung merpati ini adalah keturunan dari burung Ababil.
Sementara Imam as-Suyuthi sebagaimana dikutip oleh gph.gov.sa mengatakan bahwa burung merpati ini berasal dari sepasang merpati yang dahulu berada di muka Gua Tsur, mengamankan tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar yang akan berhijrah ke Madinah.
Karena jasanya itulah Allah memperbanyak keturunannya dan menjaganya untuk tetap berkembang biak di dinginnya gurun dan panasnya yang membakar. (rafiqjauhary)