Saat ini anak saya (Iyas) masih 1,5 tahun, tentu saja belumlah usia cukup untuk memahami sebuah cerita. Karenanya saya menyimpan cerita ini dalam sebuah tulisan, agar suatu saat dia dapat membacanya.
Ketahuilah nak..
Sekitar 4.700 kilometer dari rumahmu hidup saudara-saudaramu di sebuah negeri bernama Myanmar, tepatnya di Negara Bagian Rakhine. Kamu bisa mengunjunginya dengan berjalan kaki selama 40 hari atau terbang dengan pesawat selama 5 jam.
Jumlah mereka mulanya lebih dari 1 juta jiwa, lebih kurang sebanyak jumlah penduduk di Kabupaten Magelang. Tapi lambat laun jumlahnya berkurang.
Sebagiannya telah mengungsi ke Bangladesh, Arab Saudi, Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab, India dan Thailand. Tapi kini negara Turki yang jauh di perbatasan Eropa pun ikut menampung warga Rakhine.
Saudaramu sebenarnya sudah lama menetap di Rakhine, sekitar abad ke 12 masehi. Tepat ketika kepemimpinan Islam berada di bawah keluarga Rasulullah, Daulah Abbasiyah.
Saudaramu di Rakhine berkembang pesat bahkan di tahun 1400-an sampai berdiri sebuah kerajaan dengan fasilitas masjid dan madrasah yang memadai. Tapi itu semua berubah, kini banyak dari saudaramu yang buta huruf karena sarana pendidikan yang terbatas.
Saudaramu di Rakhine sempat mendapatkan pengakuan kewarganegaraan di tahun 1948 ketika Myanmar merdeka dari Inggris. Namun 14 tahun setelah kemerdekaan pemerintah Myanmar dikudeta oleh militer, saat itulah saudaramu mulai mengalami perlakuan tidak menyenangkan.
Tidak tahan dengan perlakuan dari militer Budha Myanmar, tahun 1970 sebagian dari saudaramu mulai mencari perlindungan ke berbagai negara muslim.
Beberapa tahun lalu ayahmu pun pernah berguru pada warga Rakhine yang menetap di Makkah. Mereka sangat ramah, memiliki hafalan al-Quran yang kuat dan memiliki harga diri tinggi.
Sekalipun banyak yang telah mencari perlindungan di negeri sekitar, jumlah saudaramu di Rakhine masih sekitar 1 jutaan. Jika saat ini kau telah dewasa, tentu kau akan ikut merasakan kesedihannya.
Bagaimana tidak sedih, saat ini lebih dari 100 kilometer perkampungan mereka dibakar. Banyak di antara mereka yang wafat terpanggang api, ditikam, disiksa, dilecehkan kehormatannya.
Bukan hanya yang dewasa saja, teman-teman seumuranmu pun diperlakukan sangat keji. Kau pasti menangis jika mengetahuinya.
Nak, saudaramu itu adalah ummat Islam. Bisa saja kau tidak mengenalnya secara personal. Tapi cukup dengan keimanan dalam hatinya kau dapat menganggapnya sebagai saudara.
Perhatikan saudaramu nak, Allah akan memperhatikanmu.
Citrosono, 7 September 2017
Pukul 21:45
Rafiq Jauhary