
(bagian 42)
Salah satu dari sunnah Rasulullah dalam haji yang banyak ditinggalkan adalah Tarwiyah, yakni datang ke Mina lebih awal (pagi hari tanggal ke 8 Dzulhijjah) kemudian menginap hingga Subuh tanggal 9 Dzulhijjah.
Di antara tujuan dari amalan tarwiyah adalah untuk bersiap melaksanakan wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji. Jika zaman dahulu tarwiyah digunakan untuk mengenyangkan perut-perut unta dengan air dan perbekalan lainnya, begitupun saat ini tarwiyah bisa menjadi waktu untuk bersiap sesuai dengan kondisi saat ini.
Seperti ketika kejadian tahun 2006 dimana jamaah haji Indonesia yang telah tiba di Arafah tanpa melakukan tarwiyah, mereka kelaparan karena makanan yang telah dipesan tidak kunjung datang, padahal tidak ada warung di Arafah. Beda ceritanya dengan jamaah yang tiba dari melakukan tarwiyah di Mina, mereka datang ke Arafah justru membawa pasokan makanan berlimpah dan bisa bersedekah kepada jamaah lain yang kelaparan.
Tahun 2009 pun pernah terjadi hujan deras tepat di tanggal 8 Dzulhijjah malam hari. Jamaah haji yang telah menunggu di Arafah basah kuyup karena tenda kain yang dipakai tidak bisa menghalau hujan. Banyak jamaah yang jatuh sakit, banyak juga yang menangis karena gadgetnya mati terendam air. Sementara jamaah yang melakukan tarwiyah di Mina aman terlindungi tenda permanen.
Tarwiyah yang dulu ditakuti oleh para pembimbing karena khawatir akan terlambat tiba di Arafah, kini tidak lagi perlu dikhawatirkan. Karena jalur dari Mina ke Arafah telah disterilkan dari para pejalan kaki dan kendaraan umum, hanya bus shuttle resmi yang bisa melintasi jalur taraddudi. Jalur ini bisa menghubungkan antara Mina ke Arafah kurang dari 1 jam.
Makanan selama di tarwiyah kini juga tidak perlu dipikirkan, karena pihak maktab bertanggungjawab terhadap keamanan dan makanan para jamaah selama di bawah pengawasannya.
Tarwiyah juga lebih nyaman dari sisi membawa perbekalan. Jamaah yang melakukan tarwiyah bisa meninggalkan tas kabin di Mina tanpa harus repot membawa tas ke Arafah dan Muzdalifah seperti jamaah lainnya.
Jamaah haji saat ini yang membawa gadget pun lebih nyaman karena di Mina ia bisa mengisi daya baterai untuk persiapan wukuf di Arafah dan Mabit di Mina. Sementara jamaah yang tidak melakukan tarwiyah harus standby lebih dari 24 jam tanpa aliran listrik yang memadai.
Maka ketika ada seorang pembimbing haji yang menganjurkan jamaahnya untuk tidak melakukan tarwiyah, bisa dipastikan ia ketinggalan info. Saat ini pengurusan tarwiyah sangat mudah, pemerintah pun memfasilitasi para jamaah untuk melakukan komunikasi langsung kepada Maktab.
Jadi, apalagi alasan kita masih enggan melakukan sunnah Rasulullah berupa tarwiyah?
Rafiq Jauhary
Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah
Gabung Group Whatsapp Bekal Haji 1
bit.ly/bekalhaji1
Gabung Group Whatsapp Bekal Haji 2
bit.ly/bekalhaji2