Ketika sedang bongkar-bongkar gudang, nggak sengaja menemukan tas hitam ini.
Pikiran saya pun langsung kembali ke kenangan delapan tahun lalu, di Makkah.
Dulu tas ini cukup ‘ngehits’ di kalangan para pelajar di Makkah, banyak teman-teman saya memakainya untuk membawa kitab ketika menghadiri halaqah di Masjidil Haram. Beberapa toko buku seperti di Maktabah Asadiyah, atau Maktabah Hunain menjualnya.
Dengan tas ini beberapa jilid buku bisa dibawa dengan mudah dan praktis.
Berangkat menjelang ashar dari Aziziyah, saya biasa menghadiri tiga hingga empat halaqah setiap hari. Kadang bersama Syaikh Wasiullah Abbas, Syaikh Khalid al-Ghamidi, Syaikh Muhammad Ajlan, dan yang paling sering ke kajian yang diampu Syaikh Abdurrahman Ajlan.
Di waktu lain saya pun menyempatkan diri menghadiri kajian bersama Syaikh Ahmad Hamdan al-Ghamidi di Masjid Syaikh Bin Baaz Syisyah juga Multaqa di rumah beliau Aziziyah, di waktu lain menghadiri kajian bersama Syaikh Mukhtar asy-Syinqithi di masjid Aisyah Tan’im, kajian Syaikh Ali Adam di Masjid Abu Bakar di Nakkasah, kajian bersama Syaikh Sitr Ju’aid di Markaz Jaliyat Syarai’. Tapi sebelum itu semua saya cukup lama berguru dan tinggal di rumah Syaikh Ahmad Qasim al-Ghamidy.
Tas hitam kecil ini benar-benar mengingatkan akan perjalanan paling menyenangkan dalam hidup saya. Menghabiskan waktu untuk belajar dan berdiskusi di Tanah Suci.
Membawa tas berisi kitab seperti ini di Makkah sangat terhormat. Penjaga Masjidil Haram, Polisi, atau warga lokal lainnya sangat menghormati warga asing yang mau belajar Islam di Makkah.
Berkat sering membawa tas berisi kitab ketika shalat di Masjid dekat kontrakan, dua kali muadzin masjid memaksa saya mengumami shalat ketika imam tetap sedang bepergian. Karena sering membawa tas berisi kitab ini pula saya sering diajak tetangga rumah untuk sekedar ngeteh di rumahnya kemudian pulang dengan diberi uang saku, buah-buahan, atau berbagai hadiah lain.
Rafiq Jauhary
Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah