KEDEKATAN HUBUNGAN ANTARA DOA DENGAN DZIKIR


Oleh Rafiq Jauhary

Doa dan Dzikir adalah dua hal yang berbeda, namun saking dekatnya hubungan antara keduanya para ulama kerap menjadikan keduanya dalam satu pembahasan.

Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Allah untuk memperbaiki keadaannya, dan Dzikir adalah kumpulan kata tertentu yang dicontohkan oleh Rasulullah untuk mengingat Allah.

Syaikh Dr. Muhammad Said bin Muhammad Hasan al-Bukhari dalam kitabnya berjudul ‘aurad adz-dzakirinallaha katsira wadz-dzakirat’ menjelaskan bahwa dzikir jumlah bilangan dan keutamannya telah ditetapkan melalui ayat al-Quran dan hadits Nabi; sementara permohonan doa sifatnya lebih umum. Doa dapat disesuaikan dengan permintaan seorang hamba baik kalimatnya hingga bahasanya.

Namun pada dasarnya doa dan dzikir memiliki kedekatan hubungan. Seorang yang berdoa kepada Allah menunjukkan dirinya telah berdzikir, karena makna umum dzikir adalah mengingat Allah.

Dzikir memuji kepada Allah juga menjadi rangkaian adab sebelum berdoa, selain itu berdzikir menyebut nama-nama Allah juga dapat menjadi wasilah dalam berdoa.

Lebih menarik lagi, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid menjelaskan bahwa terkadang seorang hamba tidak perlu sampai menyebutkan permohonannya kepada Allah, karena dengan memahami keutamaan dzikir secara tidak langsung dia telah meminta kepada Allah dengan cara yang lebih elegan.

Contohnya, seorang yang hendak memohon ampunan pada Allah dia dapat berdzikir dengan kalimat

سبحان الله وبحمده

subhanallah wabihamdih

“Maha Suci Allah dan segala pujian hanya untukNya”

Karena membaca dzikir ini sebanyak 100 kali dapat menghapuskan dosa walaupun sebanyak buih di lautan. (HR al-Bukhari)

Atau seperti yang dilakukan Nabi Yunus saat bertaubat kepada Allah, beliau tidak memohon ampunan kepada Allah dengan kalimat langsung, melainkan dengan berdzikir yang memiliki makna penyesalan dan taubat.

لا اله الا انت سبحانك اني كنت من الظالمين

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin

“Tidak ada Tuhan selain Engkau (Allah), Maha Suci Engkau (Allah), sungguh Aku termasuk di antara orang yang dhalim.” (QS Al-Anbiya 87)

Rasulullah juga mencontohkan sebuah dzikir yang kerap dibacanya saat berada dalam kesulitan, dzikir ini tidak mengucapkan permohonan pertolongan kepada Allah secara langsung, namun khasiatnya dapat menolong seorang dalam kesulitan. Beliau berdzikir

لا اله الا الله العظيم الحليم، لا إله إلا الله رب السماوات ورب العرش العظيم

La ilaha illallahul-adhimul halim, la ilaha illallahu rabbus samawati wa rabbul ‘arsyil’ adhim

“Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Agung, Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan ‘Arsy yang Mulia” (HR Bukhari)

Juga Nabi Musa saat meminta rizki, beliau tidak meminta langsung melainkan dengan mengucapkan dzikir

رب إني لما أنزلت إليّ من خير فقير

rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir

“Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan” (QS al-Qashash 24)

Inilah di antara hubungan kedekatan antara doa dengan dzikir. Jadikanlah keduanya sebagai perisai diri dan sarana mendekatkan diri pada Allah. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini bermula dari story whatsapp pribadi saya, kemudian diminta oleh pihak republika untuk sedikit mengembangkan. Maka Jadilah seperti ini.

Beberapa contoh dzikir di tulisan akhir tidak dimuat di Republika. https://m.republika.co.id/amp/qx76uo366

Semoga bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: