Oleh Rafiq Jauhary
Saudaraku yang sedang diuji dengan musibah, saya memahami bahwa hati Anda kini mungkin sedang bersedih. Seorang yang sekian lama telah menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan berjuang dalam suka dan duka kini harus lebih dulu menghadap Rabb-nya. Kondisi serupa juga dialami seorang anak yang ditinggal orang tuanya; dan yang lebih menyediakan adalah orangtua yang lebih dulu ditinggal buah hatinya.
Jika mata sampai mengeluarkan air mata, tidak mengapa, tidak perlu merasa bersalah. Karena tangisan air mata adalah bukti kejujuran dari sebuah kasih sayang.
Rasulullah pun menangis saat buah hatinya wafat, dalah sebuah hadits diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata; kami bersama Rasulullah mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (istrinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim (putra Nabi). Lalu Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya.
Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah berlinang air mata. Lalu berkatalah Abdurrahman bin ‘Auf kepada Beliau: Mengapa engkau menangis, wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ
“Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang).” Beliau lalu melanjutkan dengan kalimat yang lain dan bersabda:
إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
“Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim pastilah bersedih.” (HR. al-Bukhari: 1220)
Di tengah kesedihan, kita pun boleh sedikit mengeluhkan beratnya ujian, namun pastikan bahwa keluhan ini disampaikan kepada Allah di waktu yang pas. Tidak tepat jika keluhan ini diumbar di sosial media seperti yang banyak dilakukan masyarakat umum.Nabi Ya’qub saat kehilangan putranya tercinta (Nabi Yusuf) beliau mengeluhkan perkara ini hanya kepada Allah.
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Nabi Ya’qub berkata: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS Yusuf 86)
Begitupun Nabi Ayub saat ditimpa musibah berupa penyakit kulit, beliau mengeluhkan persoalannya pada Allah
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“dan ingatlah kisah Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS al-Anbiya 83)
Saudaraku yang disayang oleh Allah, bersabarlah dalam menghadapi musibah. Sembunyikan tangis dan keluh kesahmu hanya untuk Allah, karena walau bagaimana pun tetaplah menyembunyikan tangis dan menahan keluh kesah lebih utama dibanding membiarkannya terus membanjir.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10220946509315567&id=1325974543