Oleh Rafiq Jauhary
Saudaraku yang sedang diuji dengan musibah, pernahkah Anda merasakan kesabaran yang begitu berat? Atau kesabaran yang susah dikendalikan? Sekarang sabar, namun beberapa saat kemudian kesabaran itu menguap begitu saja.
Perhatikan 3 (tiga) hal penting untuk mendapatkan kesabaran yang kuat.
PERTAMA, SABAR HARUS DILANDASI KEIKHLASAN
Tidak sedikit di antara kita yang terpaksa bersabar karena posisinya sedang terpojok atau malah menjadikan kesabaran sebagai dalih untuk bermalas-malasan. Sabar adalah ibadah besar dalam Islam yang bahkan pahalanya pun tidak dapat ditakar.
Sabar adalah seni mengendalikan hawa nafsu, maka agar pengendaliannya kuat dan tidak mudah menerima bisikan setan diperlukan keikhlasan hati. Sebagaimana sumpahnya Iblis dalam surat Shad dan surat al-Hijr, setan tidak akan menyesatkan orang yang ikhlas.
Keikhlasan dalam bersabar pasti akan mendatangkan akhir yang baik, Allah berfirman,
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik.” (QS Ar-Ra’d 22)
Saudaraku, yang dimaksud dengan ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan (motivasi) dalam menjalankan aktivitas. Maka jika kita bersabar atas musibah, bersabarlah karena ridha akan ketetapan Allah, “walirabbika fashbir” (dan hanya karena Allah-lah hendaknya kamu bersabar). Jangan bersabar karena alasan lain yang bertentangan dengannya.
KEDUA, SABAR YANG TIDAK TERCAMPUR DENGAN KELUHAN ATAS TAKDIR ALLAH
Belajarlah untuk tidak banyak mengeluh atas musibah yang menimpa Anda. Terkadang mengeluh sering dihiasi dalam bentuk curahan hati, ada yang mencurahkannya secara langsung, ada yang mencurahkannya di sosial media, ada pula yang justru mencurahkannya dengan berbicara pada batu nisan di kuburan. Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman
إذا ابتليت عبدي المؤمن فلم يشكني إلى عواده أطلقته من إساري ثم أبدلته لحما خيرا من لحمه ودما خيرا من دمه ثم يستأنف العمل
“Jika Aku menguji hamba-Ku yang Mukmin kemudian dia tidak mengeluhkan-Ku kepada para penjenguknya, maka Aku akan bebaskan dia dari tahanan-Ku (sembuh dari luka hati/fisik) lalu akan menggantikan untuknya daging yang lebih baik daripada dagingnya dan darah yang lebih baik daripada darahnya, kemudian rasa nyaman dalam beramal.” (HR Al-Hakim)
Lalu bagaimana dengan gejolak dalam hati yang kerap bergelora? Cobalah untuk meredamnya dengan berdzikir, memuji Allah atau dengan membaca al-Quran.
KETIGA, RESPONSE PERTAMA SANGAT MENENTUKAN
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau bersabda, ‘Bertakwalah Anda pada Allah dan bersabarlah’ Wanita itu menjawab, ‘Menjauhlah engkau dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibah yang menimpaku.’
Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata itu adalah Nabi Muhammad. Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu: ‘Sesungguhnya (orang yang berkata tadi) adalah Nabi Muhammad. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu rumah Nabi Muhammad dan dia tidak mendapati di rumah Nabi seorang yang menjaga pintu. Lalu wanita ini berkata kepada Nabi Muhammad: ‘Aku tadi tidak mengenalmu.’ Lalu Nabi bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
“Sesungguhnya ujian kesabaran yang hakiki adalah saat pukulan pertama”(HR. Al-Bukhari 1203 dan Muslim 1535)
Saudaraku, terkadang dalam menghadapi musibah, seorang wanita akan lebih emosional dibandingkan pria. Inilah mengapa perempuan tidak diperkenankan mengiringi pemakaman jenazah, ia masih diperbolehkan berziarah kubur setelah pemakaman usai. Ini semua karena dikhawatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan saat pemakaman berlangsung.
Kita tidak tahu kapan ujian kesabaran akan datang, apapun bentuknya. Namun saat ujian itu tiba, jangan sampai lengah terutama saat mengeluarkan response di awal, karena response di awal sangat menentukan bagaimana mrnyikapi musibah di waktu selanjutnya.
Semoga musibah pandemi ini cepat berakhir. Kita percayakan penanganan wabah ini kepada para ahli (epidemiolog) dan juga kita ikuti apa yang telah menjadi fatwa para ulama. Satu lagi, waspada berita HOAX.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10220939497540277&id=1325974543
Tulisan ini adalah hasil terjemah dan pengembangan dari sebuah pembahasan kecil di buku Tabridu Hararatil Musibah (Mendinginkan Panasnya Musibah) karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani.