Saya mengenal beliau sejak lama, bahkan sebelum saya masuk TK. Dan pada pagi hari ini beliau wafat di usia 66 tahun.
Sejak kecil bapak saya banyak menceritakan tentang beliau. Namanya pak Rahmad Widodo.
Beliau adalah salah satu di antara sebab mengapa masjid di Terminal Grabag dinamai Umar Bin Khattab. Karena bapak saya ingin pak dodo dan teman-temannya (para mantan preman) meneladani sosok sahabat Nabi yang mulia.
Sebagai murobbi, bapak saya mengawal pak dodo dan teman-temannya untuk hijrah. Dari yang sebelumnya dikenal sebagai tokoh dalam dunia hitam, dalam waktu yang tidak singkat berubah menjadi tokoh penggerak kebaikan.
Mulai dari mulazamah intens di awal tahun 90-an yang masih dilakukan di ruang tamu rumah kami. Sampai kemudian pertemuan ini berubah menjadi pengajian besar.
Wafatnya beliau membuat banyak tokoh rela hadir untuk menshalati, menyaksikan kebaikan beliau selama hidup. Mulai dari ustadz Ishaq dari Kendal, ustadz Taufiq Hartono dari Temanggung, Ustadz Wujud dari Mungkid, ustadz Fauzan dari Sawangan dan banyak aktivis dakwah lainnya.
Tidak hanya hubungan antara guru dan murid. Kedekatan hubungan antara bapak saya dengan beliau juga berlanjut dalam bidang dakwah. Tidak terhitung berapa banyak proyek dakwah yang disukseskan oleh beliau, berapa banyak kegiatan kemaksiatan yang berhasil beliau cegah, termasuk juga banyak masyarakat yang ditarik beliau untuk bergabung dalam kegiatan dakwah.
Dalam bermuamalah di dunia bisnis, bapak saya pun bekerjasama dengan beliau mulai dari usaha peternakan ayam, pendirian BMT, pendirian warung kelontong dan masih banyak lagi.
Saya ikut menyaksikan bagaimana bapak saya menceritakan kemurahan hati beliau dalam shadaqah. Hampir setiap proyek bisnis yang ditanganinya, beliau akan memikirkan sebagian keuntungannya untuk shadaqah.
Semoga Allah mengangkat derajat pak Dodo dan mengumpulkannya dengan orang-orang shalih.
Rafiq Jauhary
rafiqjauhary 