VISUALISASI PARIT/KHANDAQ PADA PERANG AHZAB DI MADINAH


Kisah ini sering saya sampaikan di hadapan para jamaah haji maupun jamaah umrah saat memandu ziarah ataupun dalam taklim di sela waktu ibadah di Tanah Suci. Tidak hanya tentang heroiknya kejadian perang ahzab, pengkhianatan kaum Yahudi, melainkan juga tentang mukjizat kenabian.

Bagi seorang muslim, mempelajari mukjizat kenabian adalah salah satu sarana menguatkan keimanan. Karena melalui berbagai peristiwa mukjizat kita akan mengakui kebesaran kuasa Allah dan kebenaran risalah kenabian bagi para Nabi.

Dalam peristiwa perang Ahzab, setidaknya ada dua peristiwa mukjizat yang perlu kita pelajari. Pertama, saat Rasulullah memecah batu besar. Kedua, saat makanan yang sedikit dapat mengenyangkan banyak sahabat muhajirin dan anshar.

Agar tulisan ini tidak terlalu panjang dan membuat malas untuk dibaca, saya akan berusaha fokus menggambarkan seperti apakah parit yang dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat. Karena dahulu saya pun sulit membayangkan bagaimana parit ini.

Sebagai pengenalan saja, sedikit saya jelaskan tentang perang yang istimewa ini.

Perang Ahzab adalah sebuah perang besar yang terjadi pada bulan Syawal di tahun ke 5 setelah hijrah.

Saat itu ummat Islam di Madinah yang masih sedikit, dikepung oleh pasukan perang dari berbagai kabilah yang jumlahnya mencapai 10 ribu pasukan.

Singkat cerita Rasulullah menetapkan strategi yang digunakan dalam menghalau pasukan besar adalah dengan membuat parit. Sebagai gambaran saja, parit ini membentang sejauh hampir 6 kilometer.

Parit memang tidak dibuat mengelilingi kota Madinah. Karena di sisi barat dan Timur terdapat Harrah (padang bebatuan tajam) yang tidak dapat dilalui pasukan perang, di sisi Selatan terdapat gunung ‘Air dan hanya menyisakan sedikit celah daratan landai yang dihuni kabilah Yahudi Bani Quraidhah.

Nah di sisi utara inilah parit/khandaq dibangun sepanjang hampir 6 kilometer. Lebarnya 4,5 meter dan kedalaman paritnya 3 meter.

Jangan bayangkan kota Madinah layaknya Indonesia yang memiliki Tanah pertanian yang gembur. Melainkan disana permukaan tanah adalah bebatuan keras yang sulit digali, ditambah lagi peralatan yang ada pun belum semodern saat ini.

Rafiq Jauhary

Ditulis sambil momong anak 😁

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: