petikan surat al-fatihah untuk kematian syaikh usamah bin ladin


Oleh: rafiq jauhary

Barang kali anda pernah mendengar istilah “alwala’ wal baro”[1], atau mungkin istilah ini masih asing di telinga anda para pembaca. Sebenarnya istilah ini bukanlah pembahasan asing dalam sebuah study Islam, bahkan pembahasan ini adalah pokok dalam sebuah aqidah dimana seorang muslim yang hidup tanpa mempunyai sikap wala’ wal baro tentu jalan hidupnya akan terombang-ambing tak terarah, dan sangat mudah untuk terwarnai.

Namun mengapa istilah yang begitu penting dalam Islam ini dapat menjadi asing di telinga kaum muslimin di Indonesia pada khususnya? Tentu karena ada pihak yang tidak menginginkan umat Islam kuat aqidahnya. Siapa dia? dialah setan[2]. Karena musuh terbesar umat Islam adalah setan, atau dalam istilah lain ‘setan’ sering juga disebut dengan thoghut (orang-orang yang melampaui batas).

Pembaca sekalian, fungsi dan cara kerja setan adalah “yuwaswisu fii shuduurin naas”[3] dia membisikkan ajakan kemaksiatan langsung pada dada manusia. Adapun praktek pembisikannya bermacam-macam; ada yang dibisikkan secara langsung seperti halnya banyak orang yang berzina dan ketika tersadar dari kesalahannya dia berkata “astaghfirullah saya khilaf” karena sebelum melakukan zina dia merasa ada seorang yang membisikinya untuk melakukan perbuatan tersebut. Atau pembisikan itu juga dapat berupa pencucian otak, seperti yang banyak terjadi dikalangan umat Islam.

Tak hanya kasus NII yang ramai dibincangkan saat ini, pencucian otak umat Islam kini semakin dilakukan terang-terangan dan didanai besar-besaran. Seorang muslim yang seharusnya memiliki loyalitas (wala’) terhadap Islam dicuci otaknya dengan cara apapun agar mereka dapat loyal terhadap beberapa istilah ‘negara’, ‘sosial’, kemanusiaan’ dan masih banyak yang lainnya. Sementara loyalitas terhadap Islam sengaja dihilangkan jauh-jauh dari pola pikirnya.

Begitupun sikap anti loyalitas (baro’) yang seharusnya dialamatkan kepada orang-orang nonmuslim (kafir atau dengan bahasa lain setan, thoghut) berubah setelah otaknya dicuci. Menjadikan sikap baro’ ditujukan kepada semua orang yang memusuhi negaranya (baik dia muslim atau non muslim). Maka tak heran jika dalam Negara ini sering terdapat isu perang terhadap Malaysia (contohnya). Bagaimana bisa terjadi sesama muslim saling berperang? Tentu karena otaknya telah tercuci sehingga mereka bersikap loyal kepada siapapun asalkan dia satu Negara (baik muslim maupun kafir), dan anti loyalitas mereka alamatkan kepada siapapun yang berseberangan dengan negaranya.

Sebagai muhasabah, mari kita tengok potongan ayat terakhir pada surat Al-Fatihah yang terus menerus kita baca dalam sholat dan telah kita hafal sejak kecil.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ(7)

Tanpa saya berikan arti, insya Allah semua dari anda telah mengerti artinya. Namun jika pertanyaannya adalah, tahukah anda tentang makna dari ketiga ayat diatas? Tentu tidak semua dari anda yang mengerti. Bukankah ucapan diatas adalah ikrar kita setiap waktu? Jika anda masih belum mengerti maksud / makna dari ketiga ayat diatas dan belum pernah mengamalkan ketiga ayat diatas, barangkali anda adalah salah seorang korban mega proyek pencucian otak tersebut.

sedikit akan saya berikan ulasan dari ketiga ayat diatas, semoga penjelasan saya dapat diterima dan dapat menjadi pedoman dalam hidup seorang muslim.

“tunjukkanlah kami jalan yang lurus (Islam) [6]. yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat (nikmat terbesar adalah Islam). Bukanlah jalan orang-orang yang Engkau murkai (yahudi), dan dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat (nasrani) [7]” setidaknya demikian lah arti dari ketiga ayat diatas sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].

Al-Qur’an adalah panduan kehidupan setiap manusia[5], sebagaimana yang dikerjakan oleh orang-orang yang bertaqwa[6] (yaitu mereka berpedoman pada Al-Qur’an pada setiap lini kehidupan). Dan induk dari 30 juz Al-Qur’an ada pada surat Al-Fatihah. Selain sebagai pembuka Al-Qur’an -mengingat besarnya kandungan surat ini- maka Al-Fatihah pun dipakai dalam setiap rokaat sholat fardhu; bahkan setiap sholat yang tidak disertai bacaan Al-Fatihah, batal lah sholatnya.

Namun sekali lagi, setan tidak ingin agar umat Islam mahir dalam memahami Al-Qur’an. Maka untuk mengelabuhinya setan mengajak banyak orang untuk beradu suara merdu dalam membaca Al-Qur’an. Seolah hanya sebatas siapa yang paling merdu suaranya dialah yang paling hebat, tanpa melihat makna dan pengamalannya.

Maka jadilah bacaan Al-Qur’an ibarat nyanyian yang merdu didengar tanpa harus dimengerti dan diamalkan. Ketiga ayat terkahir dalam surat Al-Fatihah ini pun nampaknya bernasib demikian, dibaca jutaan manusia dalam setiap rokaat sholat namun pembacanya tidak pernah menyaksikan makna Al-Qur’an. Ya, bisa jadi keimanannya kepada Al-Qur’an perlu dipertanyakan (padahal keimanan terhadap kitab Allah adalah bagian dari Rukun Iman)

Tunjukilah kami jalan yang lurus (Islam), yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, ucapan inilah bukti sebuah loyalitas (al-wala’). Inilah bukti kerinduan setiap muslim akan nikmat, dan semakin besar nikmat itu, pastilah ia semakin dirindukan. Nikmat yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah kenikmatan makanan yang lezat, bukan pula nikmat rumah atau mobil mewah. Namun lebih besar dari itu semua, inilah kenikmatan yang berupa Islam.

Ucapan diatas selalu dilantunkan setiap saat, mengajarkan setiap muslim untuk selalu mengejarnya. Dan yang dikejar adalah Islam bukan yang lain. Karena inilah loyalitas.

Selain berwala’ seorang muslim juga mengikrarkan sikap baro’ kepada selain islam.

“tunjukkanlah kami jalan yang lurus (Islam) [6]. yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat (nikmat terbesar adalah Islam). Bukanlah jalan orang-orang yang Engkau murkai (yahudi), dan dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat (nasrani) [7]”

Maka kemudian dirincikan oleh para ulama, inilah loyalitas dan anti loyalitas. Sikap loyal kepada sesama muslim, dan kepada segala sesuatu selain Islam sikap kita adalah anti. Karena sama sekali seorang muslim dalam ayat ketujuh surat Al-Fatihah tidak mengharap jalan yang ditempuh orang-orang Yahudi dan Nasrani, apapun bentuknya mereka.

Pembaca yang dirohmati oleh Allah, umat Islam saat ini sedang berduka. Selain karena seorang tokoh symbol dari perlawanan umat Islam meninggal (syahid insya Allah), duka satu lagi adalah karena fitnah akhir zaman yaitu semakin terbolak-baliknya antara haq dan bathil. Maka tidak jarang ketika seorang tokoh Islam meninggal dan dirayakan oleh orang-orang kafir, sebagian umat Islam ikut mengamininya. Dimanakah sikap wala’ wal baro’ seorang muslim?

Kini sikap kita sedang diuji, dan kini saatnya kita membuktikan berapa banyak dari umat islam yang masih teguh dalam sikap wala’ wal baro’nya. Contoh permasalahan saat ini, kabar meninggalnya syaikh mujahid usamah bin ladin contohnya. Beliau adalah seorang mujahid, visi dan misinya jelas mengatakan berjihad untuk islam. Dan satu lagi sebuah imperial Amerika, dia berjuang untuk sebuah kata ‘kemanusiaan’ (sebuah isu yang mereka buat untuk menutupi perangnya terhadap Islam).

Kita yang mengatakan ihdinash shiroothol mustaqiim (tunjukilah kami jalan yang lurus) dan mendapatkan permasalahan ini, siapakan diantara kedua pihak (bin ladin atau amerika) yang merupakan bagian dari permohonan kita ‘jalan yang lurus’. Dan siapa diantara keduanya yang menjadi bagian maghdzuubi ‘alaihim (orang-orang yang dimurkain Allah) dan dhooollin orag-orang yang sesat).

Setelah anda membaca tulisan ini masihkah anda rela menjadi korban mega proyek pencucian otak? Yang kerjanya membelokkan dan menyamarkan pola pikir umat Islam. Kita meyakini Al-Qur’an adalah jalan hidup sebagaimana yang telah difirmankan Allah, dan dalam Al-Qur’an diajarkan kepada siapa kita harus loyal dan kepada siapa kita berlepas diri.

Atas kematian Syaikh Mujahid Usamah bin Ladin, sebagai seorang umat Islam kita ucapkan “innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un, semoga amal ibadah beliau diterima, terimalah beliau sebagai mujahid yang syahid di jalanMu. segala dosanya diampuni dan umat Islam yang ditinggal dapat tabah dan tetap menjaga emosinya”

“Ya Allah, kami memohon agar Engkau berikan ‘izzah atas Islam dan ummat Islam, berikan lah pertolongan kepada para penolong-penolong agamamu, mudahkan jalannya, teguhkan langkahnya. Jauhkan lah kami dari fitnah-fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Kabulkanlah doa kami wahai Dzat yang Maha Mendengar”

Citrosono, senin 2 Mei 2011 pukul 15:40


[1] Loyalitas dan anti loyalitas

[2] Lihat QS Al-Baqoroh: 120

[3] QS An-Naas: 5

[4] Tafsir ibnu katsir adalah salah satu kitab tafsir yang mu’tabar. Juga termasuk salah satu diantara kitab-kitab tafsir yang penjelasannya paling dekat dengan kebenaran.

[5] Lihat QS Ali Imron: 4, QS Al-Baqoroh: 185

[6] Lihat QS Al-Baqoroh: 3

4 Replies to “petikan surat al-fatihah untuk kematian syaikh usamah bin ladin”

  1. kak, tuh mau tanya yang di artikel ada cuplikan 2 ayat terakhir Al-Fatihah, tapi kok di situ disebut 3 ayat terakhir kak? salah ketik apa aku yang ga inget Al-Fatihah ya?

    1. oiya, aku nulis ayatnya menurut metode ijma’ utsmani.. kalo menurut ibn utsaimin antara “shirotholladzina an’amta ‘alaihim” dan “ghoiril maghdhubi ‘alaihim waladhdhollin” dipisah menjadi ayat sendiri2.. 🙂

Tinggalkan komentar